BAB II
Pembahasan
Pembahasan
A. Definisi Stroke
Suatu
penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tiba-tiba dan cepat,
disebabkan karena gangguan perdarahan otak.
B. Macam
Stroke
a. STROKE NON HEMORAGIK
a) Definisi
Gangguan
peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro Vaskuar
Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran
darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau
secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan
daerah yang terganggu.(Harsono,1996, hal 67)
Stroke atau cedera cerebrovaskuler
adalah kehilangan fungsi otak yang
diakibatkan oleh berhentinya suplai
darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler
selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
Penyakit ini merupakan peringkat ketiga
penyebab kematian di United State. Akibat stroke pada setiap tingkat umur tapi
yang paling sering pada usia antara 75 – 85 tahun. (Long. C,Barbara;1996, hal 176).
b) Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1) Trombosis
( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )
2) Embolisme
cerebral ( bekuan darah atau material lain )
3) Iskemia
( Penurunan aliran darah ke area otak)
4) (Smeltzer
C. Suzanne, 2002, hal 2131)
c) Faktor
resiko pada stroke
1) Hipertensi
2) Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal
jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
3) Kolesterol tinggi
4) Obesitas
5) Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)
6) Diabetes Melitus ( berkaitan dengan aterogenesis
terakselerasi)
7) Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai
hipertensi, merkok, dan kadar estrogen tinggi)
8) penyalahgunaan obat ( kokain)
9) konsumsi alkohol (Smeltzer
C. Suzanne, 2002, hal 2131)
d) Manifestasi
klinis
Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah
tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat
tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang
terganggu.Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
1) Sementara
Timbul hanya sebebtar selama beberapa
menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal
ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam
wujud sama, memperberat atau malah menetap.
2) Sementara,namun
lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini
dissebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)
3) Gejala
makin lama makin berat (progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah
makin lama makin berat yang dissebut progressing stroke atau stroke inevolution
4) Sudah
menetap/permanen (Harsono,1996,
hal 67)
Gangguan yang muncul
tertulis pada tabel.
NO
|
DEFISIT NEUROLOGIK
|
MANIFESTASI
|
1.
|
DEFISIT LAPANG PENGLIHATAN
a. Homonimus hemianopsia (kehilangan
setengah lapang penglihatan)
b. Kehilangan penglihatan
perifer
c. Diplopia
|
z
Tidak menyadari orang/objek ditempat
kehilangan peglihatan
z
Mengabaikan salah satu sisi tubuh
z
Kesulitan menilai jarak
·
Kesulitan melihat pada malam hari
· Tidak
menyadari objekatau batas objek
zPenglihatan
ganda
|
2
|
DEFISIT MOTORIK
a.
Hemiparese
b.
Hemiplegia
c.
Ataksia
d.
Disatria
e.
Disfagia
|
·
Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi
yang sama
z
Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi
yang sama
·
Berjalan tidak mantap, tegak
·
Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar
berdiri yang luas
z Kesulitan dalam membentuk kata
·
Kesulitan dalam menelan
|
3.
|
DEFISIT SENSORI
Parestesia (terjadi pada sisi
berlawanan dari lesi)
|
z Kebas
dan kesemutan pada bagian tubuh
z Kesulitan
dalam proprisepsi
|
4
|
DEFISIT VERBAL
a. Afasia ekspresif
b. Afasia reseptif
c. Afasia global
|
Ketidakmampuan
menggunakan simbol berbicara
Tidak mampu menyusun kata-kata yang diucapkan
Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif
|
5.
|
DEFISIT KOGNITIF
|
z
Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
z
Penurunan lapang perhatian
z
Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
z
Alasan abstrak buruk
z
Perubahan penilaian
|
6.
|
DEFISIT EMOSIONAL
|
-
Kehilangan kontrol diri
-
Labilitas emosional
-
Penurunan toleransi pada situasi yang
menimbulkan stres
-
Menarik diri
-
Rasa takut, bermusuhan dan marah
-
Perasaan isolasi
|
e) Patway
f) Pemeriksaan
Penunjang
1) CT
Scan
Memperlihatkan adanya
edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
2) Angiografi
serebral
membantu menentukan
penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri
3) Pungsi
Lumbal
·
menunjukan adanya tekanan
normal
·
tekanan meningkat dan cairan
yang mengandung darah menunjukan adanya
perdarahan
4) MRI
: Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5) EEG:
Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6) Ultrasonografi
Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
7) Sinar
X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal (DoengesE, Marilynn,2000 hal
292)
g) Penatalaksanaan
1) Diuretika
: untuk menurunkan edema serebral .
2) Anti
koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi. (Smeltzer C. Suzanne, 2002,
hal 2131)
h) KOMPLIKASI
1) Hipoksia
Serebral
2) Penurunan
darah serebral
3) Luasnya
area cedera (Smeltzer
C. Suzanne, 2002, hal 2131)
b. STROKE
HEMORAGIK
a) Pengertian
1)
Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat
akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang
berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya
penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008).
2)
Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di
otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke
hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa.
Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga
terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).
3)
Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang
pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam
suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
4)
Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah
satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak
sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak
mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.
b)
ETIOLOGI STROKE HEMORAGIK
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi
1)
Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
2)
Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas
dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma
kemudian robek dan terjadi perdarahan
3)
Aneurisma myocotik dari
vaskulitis nekrose dan emboli septis.
4)
Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai bentuk
abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah
arteri langsung masuk vena, menyebabkan mudah pecah dan menimbulkan perdarahan
otak.
5)
Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan
degenerasi pembuluh darah.
Faktor resiko pada stroke adalah
1)
Hipertensi
2)
Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif,
fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
3)
Kolesterol tinggi, obesitas
4)
Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
5)
Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
6)
Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi)
7)
Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol
c)
PATOFISIOLOGI STROKE HEMORAGIK
Ada dua bentuk CVA bleeding
1)
Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak
terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak,
membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema
di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan
kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering
dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan
cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding
permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2)
Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena
aneurisma atau AVM. Aneurisma paling
sering didapat pada percabangan
pembuluh darah besar di sirkulasi willisi.
AVM dapat dijumpai pada jaringan
otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak
dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang
subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak,
meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula
dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya.
Peningkatam TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada
retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan
vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari
setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat
menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi
antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan
serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme ini
dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran)
maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak
dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang
dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak
tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau
sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan
glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg%
karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh
kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 %
akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha
memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat menyebabkan dilatasi
pembuluh darah otak.
d)
Pathway Stroke Hemoragik
e)
MANIFESTASI KLINIS STROKE HEMORAGIK
Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke
1)
Daerah a. serebri media
·
Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi
·
Hemianopsi homonim kontralateral
·
Afasi bila mengenai hemisfer dominan
·
Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan
2)
Daerah a. Karotis interna
Serupa dengan bila mengenai a. Serebri media
3)
Daerah a. Serebri anterior
·
Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di tungkai
·
Incontinentia urinae
·
Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terken.
4) Daerah
·
Posterior
·
Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai
·
daerah makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh a. Serebri media
·
Nyeri talamik spontan
·
Hemibalisme
·
Aleksi bila mengenai hemisfer dominan
5)
Daerah vertebrobasiler
·
Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak
·
Hemiplegi alternans atau tetraplegi
·
Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)
f)
KOMPLIKASI STROKE HEMORAGIk
Stroke hemoragik dapat menyebabkan
1)
Infark Serebri
2)
Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
3)
Fistula caroticocavernosum
4)
Epistaksis
5)
Peningkatan TIK, tonus otot abnormal
g)
PENATALAKSANAAN MEDIS STROKE HEMORAGIK
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
1)
Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti
central jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa
diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin
area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan
mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
2)
Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan
rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3)
Pengobatan
·
Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada fase
akut.
·
Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa
trombolitik/emobolik.
·
Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
4)
Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki
peredaran darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga
menderita beberapa penyulit seperti hipertensi,
diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan
dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi
yang baik dapat dipertahankan.
h)
PEMERIKSAAN PENUNJANG STROKE HEMORAGIK
1)
Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara
spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari
sumber perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular.
2)
Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada
cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan
pada intrakranial.
3)
CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak
edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan
posisinya secara pasti.
4)
MRI (Magnetic Imaging Resonance)
5)
Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya
perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark
akibat dari hemoragik.
6)
EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang
timbul dan dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik
dalam jaringan otak.
C.
Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a.
Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
·
kesulitan dalam beraktivitas
; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.
·
mudah lelah, kesulitan
istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data
obyektif:
·
Perubahan tingkat kesadaran
·
Perubahan tonus otot ( flaksid atau spastic), paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.
·
gangguan penglihatan
b.
Sirkulasi
Data Subyektif:
·
Riwayat penyakit jantung
( penyakit katup jantung, disritmia,
gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
·
Hipertensi arterial
·
Disritmia, perubahan EKG
·
Pulsasi : kemungkinan
bervariasi
·
Denyut karotis, femoral dan
arteri iliaka atau aorta abdominal
c.
Integritas ego
Data Subyektif:
·
Perasaan tidak berdaya,
hilang harapan
Data obyektif:
·
Emosi yang labil dan marah
yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
·
kesulitan berekspresi diri
d.
Eliminasi
Data Subyektif:
·
Inkontinensia, anuria
·
distensi abdomen ( kandung
kemih sangat penuh ), tidak adanya suara
usus( ileus paralitik )
e.
Makan/ minum
Data Subyektif:
·
Nafsu makan hilang
·
Nausea / vomitus menandakan
adanya PTIK
·
Kehilangan sensasi lidah ,
pipi , tenggorokan, disfagia
·
Riwayat DM, Peningkatan
lemak dalam darah
Data obyektif:
·
Problem dalam mengunyah (
menurunnya reflek palatum dan faring )
·
Obesitas ( factor resiko )
f.
Sensori neural
Data Subyektif:
·
Pusing / syncope ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
·
nyeri kepala : pada
perdarahan intra serebral atau
perdarahan sub arachnoid.
·
Kelemahan, kesemutan/kebas,
sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
·
Penglihatan berkurang
·
Sentuhan : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada
ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
·
Gangguan rasa pengecapan dan
penciuman
Data obyektif:
·
Status mental ; koma
biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti: letergi,
apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
·
Ekstremitas : kelemahan /
paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak
imbang, berkurangnya reflek tendon dalam
( kontralateral )
·
Wajah: paralisis / parese (
ipsilateral )
·
Afasia ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa,
kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata
kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
·
Kehilangan kemampuan
mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
·
Apraksia : kehilangan
kemampuan menggunakan motoric
·
Reaksi dan ukuran pupil :
tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
g.
Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
·
Sakit kepala yang bervariasi
intensitasnya
Data obyektif:
·
Tingkah laku yang tidak
stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
h.
Respirasi
Data Subyektif:
·
Perokok ( factor resiko )
Tanda:
·
Kelemahan menelan/ batuk/
melindungi jalan napas
·
Timbulnya pernapasan yang
sulit dan / atau tak teratur
·
Suara nafas terdengar ronchi
/aspirasi
i.
Keamanan
Data obyektif:
·
Mottrik/sensorik : masalah
dengan penglihatan
·
Perubahan persepsi terhadap
tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh
yang sakit
·
Tidak mampu mengenali objek,
warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
·
Gangguan berespon terhadap
panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
·
Gangguan dalam memutuskan,
perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri
j.
Interaksi social
Data obyektif:
·
Problem berbicara,
ketidakmampuan berkomunikasi
k.
Pengajaran / pembelajaran
Subjektif Data :
·
Riwayat hipertensi keluarga,
stroke
·
penggunaan kontrasepsi oral
l.
Pertimbangan rencana pulang
m.
menentukan regimen medikasi
/ penanganan terapi
n.
bantuan untuk transportasi,
shoping , menyiapkan makanan , perawatan diri dan pekerjaan rumah (DoengesE, Marilynn,2000 hal
292)
2. Diagnosa
Keperawatan
a.
Perubahan perfusi jaringan
serebral b.d terputunya aliran darah :
penyakit oklusi, perdarahan, spasme
pembuluh darah serebral, edema serebral
Dibuktikan oleh :
·
perubahan tingkat kesadaran
, kehilangan memori
·
perubahan respon sensorik /
motorik, kegelisahan
·
deficit sensori , bahasa,
intelektual dan emosional
·
perubahan tanda tanda vital
Tujuan Pasien / criteria evaluasi ;
·
terpelihara dan meningkatnya
tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi sensori / motor
·
menampakan stabilisasi tanda
vital dan tidak ada PTIK
·
Peran pasien menampakan
tidak adanya kemunduran / kekambuhan
Intervensi :
Independen
·
tentukan factor factor yang
berhubungan dengan situasi individu/
penyebab koma / penurunan perfusi serebral dan potensial PTIK
·
monitor dan catat status
neurologist secara teratur
·
monitor tanda tanda vital
·
evaluasi pupil 9 ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap
cahaya 0
·
Bantu untuk mengubah
pandangan , misalnay pandangan kabur, perubahan lapang pandang / persepsi lapang pandang
·
Bantu meningkatakan fungsi,
termasuk bicara jika pasien mengalami gangguan fungsi
·
Kepala dielevasikan perlahan
lahan pada posisi netral .
·
Pertahankan tirah baring ,
sediakan lingkungan yang tenang , atur kunjungan sesuai indikasi
Kolaborasi
·
berikan suplemen oksigen
sesuai indikasi
·
berikan medikasi sesuai
indikasi :
-
Antifibrolitik, missal
aminocaproic acid ( amicar )
-
Antihipertensi
-
Vasodilator perifer, missal
cyclandelate, isoxsuprine.
-
Manitol
b.
Ketidakmampuan mobilitas
fisik b.d kelemahan neuromuscular, ketidakmampuan dalam persespi kognitif
Dibuktikan
oleh :
·
Ketidakmampuan dalam
bergerak pada lingkungan fisik :
kelemahan, koordinasi, keterbatasan rentang gerak sendi, penurunan kekuatan
otot.
Tujuan
Pasien / criteria evaluasi ;
·
tidak ada kontraktur, foot
drop.
·
Adanya peningkatan kemampuan
fungsi perasaan atau kompensasi dari bagian tubuh
·
Menampakan kemampuan
perilaku / teknik aktivitas sebagaimana permulaanya
·
Terpeliharanya integritas
kulit
Intervensi
Independen
·
Rubah posisi tiap dua jam (
prone, supine, miring )
·
Mulai latihan aktif / pasif
rentang gerak sendi pada semua ekstremitas
·
Topang ekstremitas pada
posis fungsional , gunakan foot board pada saat selama periode paralysisi
flaksid. Pertahankan kepala dalam keadaan netral
·
Evaluasi penggunaan alat
bantu pengatur posisi
·
Bantu meningkatkan
keseimbangan duduk
·
Bantu memanipulasi untuk
mempengaruhi warna kulit edema atau
menormalkan sirkulasi
·
Awasi bagian kulit diatas
tonjolan tulang
Kolaboratif
·
konsul kebagian fisioterapi
·
Bantu dalam meberikan
stimulasi elektrik
·
Gunakan bed air atau bed
khusus sesuai indikasi
c. Gangguan
komunikasi verbal b.d gangguan sirkulasi
serebral, gangguan neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial / mulut, kelemahan umum / letih.
Ditandai :
·
Gangguan artikulasi
·
Tidak mampu berbicara /
disartria
·
ketidakmampuan moduasi
wicara , mengenal kata , mengidentifikasi objek
·
Ketidakmampuan berbicara
atau menulis secara komprehensip
Tujuan pasien /
criteria evaluasi
·
Pasien mampu memahami
problem komunikasi
·
Menentukan metode komunikasi
untuk berekspresi
·
Menggunakan sumber bantuan
dengan tepat
Intervensi
Independen
·
Bantu menentukan derajat
disfungsi
·
Bedakan antara afasia denga
disartria
·
Sediakan bel khusus jika diperlukan
·
Sediakan metode komunikasi alternative
·
Antisipasi dan sediakan
kebutuhan paien
·
Bicara langsung kepada
pasien dengan perlahan dan jelas
·
Bicara dengan nada normal
Kolaborasi
:
Konsul dengan ahli terapi wicara
d. Perubahan
persepsi sensori b.d penerimaan
perubahan sensori transmisi,
perpaduan ( trauma / penurunan neurology), tekanan psikologis ( penyempitan
lapangan persepsi disebabkan oleh
kecemasan)
Ditandai ;
·
Disorientasi waktu, tempat ,
orang
·
Perubahan pla tingkah aku
·
Konsentrasi jelek, perubahan
proses piker
·
Ketidakmampuan untuk
mengatakan letak organ tubuh
·
Perubahan pola komunikasi
·
Ketidakmampuan
mengkoordinasi kemampuan motorik.
Tujuan
/ criteria hasil :
·
Dapat mempertahakan level
kesadaran dan fungsi persepsi pada level biasanya.
·
Perubahan pengetahuan dan
mampu terlibat
·
Mendemonstrasikan perilaku
untuk kompensasi
Intervensi
Independen
·
Kaji patologi kondisi
individual
·
Evaluasi penurunan visual
·
Lakukan pendekatan dari sisi
yang utuh
·
Sederhanakan lingkungan
·
Bantu pemahaman sensori
·
Beri stimulasi terhadap sisa
sisa rasa sentuhan
·
Lindungi psien dari
temperature yang ekstrem
·
Pertahankan kontak mata saat
berhubungan
·
Validasi persepsi pasien
e. Kurang
perawatan diri b.d kerusakan neuro muskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan,
kehilangan kontrol /koordinasi otot
Ditandai dengan :
·
kerusakan kemampuan
melakukan AKS misalnya ketidakmampuan makan ,mandi, memasang/melepas baju,
kesulitan tugas toiletng
Kriteria hasil:
·
Melakukan aktivitas perwatan
diri dalam tingkat kemampuan sendiri
·
Mengidentifikasi sumber
pribadi /komunitas dalam memberikan bantuan sesuai kebutuhan
·
Mendemonstrasikan perubahan
gaya hidup untuk memenuhi kenutuhan perawatan diri
Intervensi:
·
Kaji kemampuan dantingkat
kekurangan (dengan menggunakan skala 1-4) untuk melakukan kebutuhan
ssehari-hari
·
Hindari melakukan sesuatu
untuk pasien yang dapat dilakukan pasiensendiri, tetapi berikan bantuan sesuai
kebutuhan
·
Kaji kemampuan pasien untuk
berkomunikasi tentang kebutuhannya untuk menghindari dan atau kemampuan untuk
menggunakan urinal,bedpan.
·
Identifikasi kebiasaan
defekasi sebelumnya dan kembalikanpada kebiasaan pola nornal tersebut. Kadar
makanan yang berserat,anjurkan untuk minum banyak dan tingkatkan aktivitas.
·
Berikan umpan balik yang
positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau keberhasilannya.
Kolaborasi;
·
Berikan supositoria dan
pelunak feses
·
Konsultasikan dengan ahli
fisioterapi/okupasi
f. Ketidakefektifan
bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk, ketidakmampuan mengatasi lender
kriteria hasil:
·
Pasien memperlihatkan
kepatenan jalan napas
·
Ekspansi dada simetris
·
Bunyi napas bersih
saaatauskultasi
·
Tidak terdapat tanda
distress pernapasan
·
GDA dan tanda vital dalam
batas normal
Intervensi:
Kaji
dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi
·
Posisikan tubuh dan kepala
untuk menghindari obstruksi jalan napas dan memmberikan pengeluaran sekresi
yang optimal
·
Penghisapan sekresi
·
Auskultasi dada untuk
mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam
·
Berikan oksigenasi sesuai
advis
·
Pantau BGA dan Hb sesuai
indikasi
g. Gangguan
pemenuhan nutrisi b.d reflek menelan turun,hilang rasa ujung lidah
Ditandai dengan:
·
Keluhanmasukan makan tidak
adekuat
·
Kehilangan sensasi
pengecapan
·
Rongga mulut terinflamasi
Kriteria
evaluasi:
·
Pasien dapat berpartisipasi
dalam intervensi specifik untukmerangsang nafsu makan
·
BB stabil
·
Pasien mengungkapkan
pemasukan adekuat
Intervensi;
·
Pantau masukan makanan
setiap hari
·
Ukur BB setiap hari sesuai
indikasi
·
Dorong pasien untukmkan diit
tinggi kalori kaya nutrien sesuai program
·
Kontrol faktor lingkungan
(bau, bising), hindari makanan terlalu manis,berlemak dan pedas. Ciptakan
suasana makan yang menyenangkan
·
Identifikasi pasien yang
mengalami mual muntah
Kolaborasi:
·
Pemberian anti emetikdengan
jadwal regular
·
Vitamin A,D,E dan B6
·
Rujuk ahli diit
·
Pasang /pertahankan slang
NGT untuk pemberian makanan enteral (DoengesE, Marilynn,2000 hal 293-305)
BAB III
Penutup
A. Kesimpulan
Di indonesia,
diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, dan
sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan
atau berat. Saat ini stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan
setelah penyakit jantung dan kanker, sedangkan di indonesia stroke menempati
urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit. Stroke adalah
kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian
otak.Penyebabnya adalah trombosis, embolisme serebral, iskemia dan hemoragi
serebral. Stroke dapat mengakibatkan banyak kerugian dari penderita dan
keluarga. Bahkan penyakit ini dapat mengakibatkan kematian. Penangganan pada
klien yang menderita stroke haruslah cepat, tepat dan akurat untuk meminimalkan
kecacatan yang diakibatkan.
B. Saran
Saran yang disampaikan adalah agar mahasiswa lebih memahami konsep penyakit stroke dan asuhan keperawatan pada klien dengan stroke serta mendalami penangganan pasien dengan stroke
Saran yang disampaikan adalah agar mahasiswa lebih memahami konsep penyakit stroke dan asuhan keperawatan pada klien dengan stroke serta mendalami penangganan pasien dengan stroke
DAFTAR PUSTAKA
- Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996
- Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993
- Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996
4. Smeltzer C. Suzanne, Brunner &
Suddarth, Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC ,2002
5. Marilynn
E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan
Keperawatan, Edisi 3, Jakarta,
EGC, 2000
6. Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta,
Gajah Mada university press, 1996
7. Muttadqin, Arif. 2006. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien
Gangguan Sistem Saraf. Banjarmasin.
8. Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan
Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.