Minggu, 08 Juni 2014

Asuhan Keperawatan Stroke Hemoragic dan Non Hemoragic



BAB II
Pembahasan

A.    Definisi Stroke
Suatu penyakit gangguan fungsi anatomi otak yang terjadi secara tiba-tiba dan cepat, disebabkan karena gangguan perdarahan otak.
B.    Macam Stroke
a.    STROKE  NON HEMORAGIK
a)    Definisi
Gangguan  peredaran darah diotak (GPDO) atau dikenal dengan CVA ( Cerebro Vaskuar Accident) adalah gangguan fungsi syaraf yang disebabkan oleh gangguan aliran darah dalam otak yang dapat timbul secara mendadak ( dalam beberapa detik) atau secara cepat ( dalam beberapa jam ) dengan gejala atau tanda yang sesuai dengan daerah yang terganggu.(Harsono,1996, hal 67)
Stroke atau cedera cerebrovaskuler adalah  kehilangan fungsi otak yang diakibatkan   oleh berhentinya suplai darah ke bagian otak sering ini adalah kulminasi penyakit serebrovaskuler selama beberapa tahun. (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
Penyakit ini merupakan peringkat ketiga penyebab kematian di United State. Akibat stroke pada setiap tingkat umur tapi yang paling sering pada usia antara 75 – 85 tahun. (Long. C,Barbara;1996, hal 176).
b)    Etiologi
Penyebab-penyebabnya antara lain:
1)    Trombosis ( bekuan cairan di dalam pembuluh darah otak )
2)    Embolisme cerebral ( bekuan darah atau material lain )
3)    Iskemia ( Penurunan aliran darah ke area otak)
4)    (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
c)    Faktor resiko pada stroke
1)    Hipertensi
2)    Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
3)    Kolesterol tinggi
4)    Obesitas
5)    Peningkatan hematokrit ( resiko infark serebral)
6)    Diabetes Melitus ( berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
7)    Kontrasepasi oral( khususnya dengan disertai hipertensi, merkok, dan kadar estrogen tinggi)
8)    penyalahgunaan obat ( kokain)
9)    konsumsi alkohol (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
d)    Manifestasi klinis
Gejala - gejala CVA muncul akibat daerah tertentu tak berfungsi yang disebabkan oleh terganggunya aliran darah ke tempat tersebut. Gejala itu muncul bervariasi, bergantung bagian otak yang terganggu.Gejala-gejala itu antara lain bersifat:
1)    Sementara
Timbul hanya sebebtar selama beberapa menit sampai beberapa jam dan hilang sendiri dengan atau tanpa pengobatan. Hal ini disebut Transient ischemic attack (TIA). Serangan bisa muncul lagi dalam wujud sama, memperberat atau malah menetap.
2)    Sementara,namun lebih dari 24 jam
Gejala timbul lebih dari 24 jam dan ini dissebut reversible ischemic neurologic defisit (RIND)
3)    Gejala makin lama makin berat (progresif)
Hal ini desebabkan gangguan aliran darah makin lama makin berat yang dissebut progressing stroke atau stroke inevolution
4)    Sudah menetap/permanen (Harsono,1996, hal 67)

Gangguan yang muncul tertulis pada tabel.
NO
DEFISIT NEUROLOGIK
MANIFESTASI
1.
 DEFISIT LAPANG PENGLIHATAN
a. Homonimus hemianopsia (kehilangan setengah lapang penglihatan)


b. Kehilangan penglihatan perifer


c. Diplopia


z  Tidak menyadari orang/objek ditempat kehilangan peglihatan
z  Mengabaikan salah satu sisi tubuh
z  Kesulitan menilai jarak

·   Kesulitan melihat pada malam hari
·   Tidak menyadari objekatau batas objek

zPenglihatan ganda
2
DEFISIT MOTORIK
a.  Hemiparese

b.  Hemiplegia


c.  Ataksia


d.  Disatria


e.  Disfagia


·   Kelemahan wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama

z  Paralisis wajah, lengan dan kaki pada sisi yang sama

·      Berjalan tidak mantap, tegak
·      Tidak mampu menyatukan kaki, perlu dasar berdiri yang luas

z   Kesulitan dalam membentuk kata

·      Kesulitan dalam menelan
3.
 DEFISIT SENSORI
Parestesia (terjadi pada sisi berlawanan dari lesi)


z Kebas dan kesemutan pada bagian tubuh
z Kesulitan dalam proprisepsi
4
DEFISIT VERBAL
a.  Afasia ekspresif

b.  Afasia reseptif

c.  Afasia global

Ketidakmampuan menggunakan simbol berbicara


Tidak mampu menyusun kata-kata yang diucapkan


Kombinasi baik afasia reseptif dan ekspresif
5.
 DEFISIT KOGNITIF

z   Kehilangan memori jangka pendek dan panjang
z  Penurunan lapang perhatian
z  Kerusakan kemampuan untuk berkonsentrasi
z  Alasan abstrak buruk
z  Perubahan penilaian

6.
DEFISIT EMOSIONAL
        -     Kehilangan kontrol diri         
-          Labilitas emosional
-          Penurunan toleransi pada situasi yang menimbulkan stres
-          Menarik diri
-          Rasa takut, bermusuhan dan marah
-          Perasaan isolasi
e)    Patway
f)     Pemeriksaan Penunjang
1)    CT Scan
Memperlihatkan adanya edema , hematoma, iskemia dan adanya infark
2)    Angiografi serebral
membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi arteri
3)    Pungsi Lumbal
·         menunjukan adanya tekanan normal
·         tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah menunjukan adanya  perdarahan
4)    MRI : Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
5)    EEG: Memperlihatkan daerah lesi yang spesifik
6)    Ultrasonografi Dopler : Mengidentifikasi penyakit arteriovena
7)    Sinar X Tengkorak : Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal (DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)

g)    Penatalaksanaan
1)    Diuretika : untuk menurunkan edema serebral .
2)    Anti koagulan: Mencegah memberatnya trombosis dan embolisasi. (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)
h)    KOMPLIKASI
1)    Hipoksia Serebral
2)    Penurunan darah serebral
3)    Luasnya area cedera (Smeltzer C. Suzanne, 2002, hal 2131)

b.    STROKE HEMORAGIK
a)    Pengertian
1)    Menurut WHO stroke adalah adanya tanda-tanda klinik yang berkembang cepat akibat gangguan fungsi otak fokal (global) dengan gejala-gejala yang berlangsung selama 24 jam atau lebih yang menyebabkan kematian tanpa adanya penyebab lain yang jelas selain vaskular (Muttaqin, 2008).
2)    Stroke hemoragik adalah stroke yang terjadi karena pembuluh darah di otak pecah sehingga timbul iskhemik dan hipoksia di hilir. Penyebab stroke hemoragi antara lain: hipertensi, pecahnya aneurisma, malformasi arteri venosa. Biasanya kejadiannya saat melakukan aktivitas atau saat aktif, namun bisa juga terjadi saat istirahat. Kesadaran pasien umumnya menurun (Ria Artiani, 2009).
3)    Stroke hemoragik adalah pembuluh darah otak yang pecah sehingga menghambat aliran darah yang normal dan darah merembes ke dalam suatu daerah di otak dan kemudian merusaknya (M. Adib, 2009).
4)    Maka dapat ditarik kesimpulan bahwa stroke hemoragik adalah salah satu jenis stroke yang disebabkan karena pecahnya pembuluh darah di otak sehingga darah tidak dapat mengalir secara semestinya yang menyebabkan otak mengalami hipoksia dan berakhir dengan kelumpuhan.

b)    ETIOLOGI STROKE HEMORAGIK
Penyebab perdarahan otak yang paling lazim terjadi
1)    Aneurisma Berry, biasanya defek kongenital.
2)    Aneurisma fusiformis dari atherosklerosis. Atherosklerosis adalah mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas dinding pembuluh darah. Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek dan terjadi perdarahan
3)     Aneurisma myocotik dari vaskulitis nekrose dan emboli septis.
4)    Malformasi arteriovenous, adalah pembuluh darah yang mempunyai bentuk abnormal, terjadi hubungan persambungan pembuluh darah arteri, sehingga darah arteri langsung masuk vena, menyebabkan mudah pecah dan menimbulkan perdarahan otak.
5)    Ruptur arteriol serebral, akibat hipertensi yang menimbulkan penebalan dan degenerasi pembuluh darah.

Faktor resiko pada stroke adalah
1)    Hipertensi
2)    Penyakit kardiovaskuler: arteria koronaria, gagal jantung kongestif, fibrilasi atrium, penyakit jantung kongestif)
3)    Kolesterol tinggi, obesitas
4)    Peningkatan hematokrit (resiko infark serebral)
5)    Diabetes Melitus (berkaitan dengan aterogenesis terakselerasi)
6)    Kontrasepasi oral (khususnya dengan disertai hipertensi, merokok, dan kadar estrogen tinggi)
7)    Penyalahgunaan obat (kokain), rokok dan alkohol

c)    PATOFISIOLOGI STROKE HEMORAGIK
Ada dua bentuk CVA bleeding
LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK
STROKE HEMORAGIK
1)    Perdarahan intra cerebral
Pecahnya pembuluh darah otak terutama karena hipertensi mengakibatkan darah masuk ke dalam jaringan otak, membentuk massa atau hematom yang menekan jaringan otak dan menimbulkan oedema di sekitar otak. Peningkatan TIK yang terjadi dengan cepat dapat mengakibatkan kematian yang mendadak karena herniasi otak. Perdarahan intra cerebral sering dijumpai di daerah putamen, talamus, sub kortikal, nukleus kaudatus, pon, dan cerebellum. Hipertensi kronis mengakibatkan perubahan struktur dinding permbuluh darah berupa lipohyalinosis atau nekrosis fibrinoid.
2)    Perdarahan sub arachnoid
Pecahnya pembuluh darah karena aneurisma atau AVM. Aneurisma paling
sering didapat pada percabangan pembuluh darah besar di sirkulasi willisi.
AVM dapat dijumpai pada jaringan otak dipermukaan pia meter dan ventrikel otak, ataupun didalam ventrikel otak dan ruang subarakhnoid. Pecahnya arteri dan keluarnya darah keruang subarakhnoid mengakibatkan tarjadinya peningkatan TIK yang mendadak, meregangnya struktur peka nyeri, sehinga timbul nyeri kepala hebat. Sering pula dijumpai kaku kuduk dan tanda-tanda rangsangan selaput otak lainnya. Peningkatam TIK yang mendadak juga mengakibatkan perdarahan subhialoid pada retina dan penurunan kesadaran. Perdarahan subarakhnoid dapat mengakibatkan vasospasme pembuluh darah serebral. Vasospasme ini seringkali terjadi 3-5 hari setelah timbulnya perdarahan, mencapai puncaknya hari ke 5-9, dan dapat menghilang setelah minggu ke 2-5. Timbulnya vasospasme diduga karena interaksi antara bahan-bahan yang berasal dari darah dan dilepaskan kedalam cairan serebrospinalis dengan pembuluh arteri di ruang subarakhnoid. Vasospasme ini dapat mengakibatkan disfungsi otak global (nyeri kepala, penurunan kesadaran) maupun fokal (hemiparese, gangguan hemisensorik, afasia dan lain-lain). Otak dapat berfungsi jika kebutuhan O2 dan glukosa otak dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak punya cadangan O2 jadi kerusakan, kekurangan aliran darah otak walau sebentar akan menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan glukosa sebagai bahan bakar metabolisme otak, tidak boleh kurang dari 20 mg% karena akan menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan terjadi gejala disfungsi serebral. Pada saat otak hipoksia, tubuh berusaha memenuhi O2 melalui proses metabolik anaerob,yang dapat menyebabkan dilatasi pembuluh darah otak.
d)    Pathway Stroke Hemoragik







LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK

e)    MANIFESTASI KLINIS STROKE HEMORAGIK
Kemungkinan kecacatan yang berkaitan dengan stroke
1)    Daerah a. serebri media
·         Hemiplegi kontralateral, sering disertai hemianestesi
·         Hemianopsi homonim kontralateral
·         Afasi bila mengenai hemisfer dominan
·         Apraksi bila mengenai hemisfer nondominan
2)    Daerah a. Karotis interna
Serupa dengan bila mengenai a. Serebri media
3)    Daerah a. Serebri anterior
·         Hemiplegi (dan hemianestesi) kontralateral terutama di tungkai
·         Incontinentia urinae
·         Afasi atau apraksi tergantung hemisfer mana yang terken.
4) Daerah
·         Posterior
·         Hemianopsi homonim kontralateral mungkin tanpa mengenai
·         daerah makula karena daerah ini juga diperdarahi oleh a. Serebri media
·         Nyeri talamik spontan
·         Hemibalisme
·         Aleksi bila mengenai hemisfer dominan

5)    Daerah vertebrobasiler
·         Sering fatal karena mengenai juga pusat-pusat vital di batang otak
·         Hemiplegi alternans atau tetraplegi
·         Kelumpuhan pseudobulbar (disartri, disfagi, emosi labil)

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE HEMORAGIK
STROKE HEMORAGIK
f)     KOMPLIKASI STROKE HEMORAGIk
Stroke hemoragik dapat menyebabkan
1)    Infark Serebri
2)    Hidrosephalus yang sebagian kecil menjadi hidrosephalus normotensif
3)    Fistula caroticocavernosum
4)    Epistaksis
5)    Peningkatan TIK, tonus otot abnormal

g)    PENATALAKSANAAN MEDIS STROKE HEMORAGIK
Penatalaksanaan untuk stroke hemoragik, antara lain:
1)    Menurunkan kerusakan iskemik cerebral
Infark cerebral terdapat kehilangan secara mantap inti central jaringan otak, sekitar daerah itu mungkin ada jaringan yang masih bisa diselematkan, tindakan awal difokuskan untuk menyelematkan sebanyak mungkin area iskemik dengan memberikan O2, glukosa dan aliran darah yang adekuat dengan mengontrol / memperbaiki disritmia (irama dan frekuensi) serta tekanan darah.
2)    Mengendalikan hipertensi dan menurunkan TIK
Dengan meninggikan kepala 15-30 menghindari flexi dan rotasi kepala yang berlebihan, pemberian dexamethason.
3)    Pengobatan
·         Anti koagulan: Heparin untuk menurunkan kecederungan perdarahan pada fase akut.
·         Obat anti trombotik: Pemberian ini diharapkan mencegah peristiwa trombolitik/emobolik.
·         Diuretika : untuk menurunkan edema serebral
4)    Penatalaksanaan Pembedahan
Endarterektomi karotis dilakukan untuk memeperbaiki peredaran darahotak. Penderita yang menjalani tindakan ini seringkali juga menderita beberapa penyulit seperti hipertensi, diabetes dan penyakit kardiovaskular yang luas. Tindakan ini dilakukan dengan anestesi umum sehingga saluran pernafasan dan kontrol ventilasi yang baik dapat dipertahankan.
h)    PEMERIKSAAN PENUNJANG STROKE HEMORAGIK
1)    Angiografi cerebral
Membantu menentukan penyebab dari stroke secara spesifik seperti perdarahan arteriovena atau adanya ruptur dan untuk mencari sumber perdarahan seperti aneurism atau malformasi vaskular.
2)    Lumbal pungsi
Tekanan yang meningkat dan disertai bercak darah pada cairan lumbal menunjukkan adanya hemoragi pada subarakhnoid atau perdarahan pada intrakranial.
3)    CT scan
Penindaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma, adanya jaringan otak yang infark atau iskemia dan posisinya secara pasti.
4)    MRI (Magnetic Imaging Resonance)
5)    Menggunakan gelombang megnetik untuk menentukan posisi dan bsar terjadinya perdarahan otak. Hasil yang didapatkan area yang mengalami lesi dan infark akibat dari hemoragik.
6)    EEG
Pemeriksaan ini bertujuan untuk melihat masalah yang timbul dan dampak dari jaringan yang infrak sehingga menurunnya impuls listrik dalam jaringan otak.

C.   Konsep Asuhan Keperawatan
1.    Pengkajian
a.    Aktivitas dan istirahat
Data Subyektif:
·         kesulitan dalam beraktivitas ; kelemahan, kehilangan sensasi atau paralysis.
·         mudah lelah, kesulitan istirahat ( nyeri atau kejang otot )
Data obyektif:
·         Perubahan tingkat kesadaran
·         Perubahan tonus otot  ( flaksid atau spastic),  paraliysis ( hemiplegia ) , kelemahan umum.
·         gangguan penglihatan
b.    Sirkulasi
Data Subyektif:
·         Riwayat penyakit jantung (  penyakit katup jantung, disritmia, gagal jantung , endokarditis bacterial ), polisitemia.
Data obyektif:
·         Hipertensi arterial
·         Disritmia, perubahan EKG
·         Pulsasi : kemungkinan bervariasi
·         Denyut karotis, femoral dan arteri iliaka atau aorta abdominal
c.    Integritas ego
Data Subyektif:
·         Perasaan tidak berdaya, hilang harapan
Data obyektif:
·         Emosi yang labil dan marah yang tidak tepat, kesediahan , kegembiraan
·         kesulitan berekspresi diri
d.    Eliminasi
Data Subyektif:
·         Inkontinensia, anuria
·         distensi abdomen ( kandung kemih sangat penuh ),  tidak adanya suara usus( ileus paralitik )
e.    Makan/ minum
Data Subyektif:
·         Nafsu makan hilang
·         Nausea / vomitus menandakan adanya PTIK
·         Kehilangan sensasi lidah , pipi , tenggorokan, disfagia
·         Riwayat DM, Peningkatan lemak dalam darah
Data obyektif:
·         Problem dalam mengunyah ( menurunnya reflek palatum dan faring )
·         Obesitas ( factor resiko )
f.     Sensori neural
Data Subyektif:
·         Pusing / syncope  ( sebelum CVA / sementara selama TIA )
·         nyeri kepala : pada perdarahan intra serebral  atau perdarahan sub arachnoid.
·         Kelemahan, kesemutan/kebas, sisi yang terkena terlihat seperti lumpuh/mati
·         Penglihatan berkurang
·         Sentuhan  : kehilangan sensor pada sisi kolateral pada ekstremitas dan pada muka ipsilateral ( sisi yang sama )
·         Gangguan rasa pengecapan dan penciuman
Data obyektif:
·         Status mental ; koma biasanya menandai stadium perdarahan , gangguan tingkah laku (seperti: letergi, apatis, menyerang) dan gangguan fungsi kognitif
·         Ekstremitas : kelemahan / paraliysis ( kontralateral pada semua jenis stroke, genggaman tangan tidak imbang, berkurangnya reflek tendon dalam  ( kontralateral )
·         Wajah: paralisis / parese ( ipsilateral )
·         Afasia  ( kerusakan atau kehilangan fungsi bahasa, kemungkinan ekspresif/ kesulitan berkata kata, reseptif / kesulitan berkata kata komprehensif, global / kombinasi dari keduanya.
·         Kehilangan kemampuan mengenal atau melihat, pendengaran, stimuli taktil
·         Apraksia : kehilangan kemampuan menggunakan motoric
·         Reaksi dan ukuran pupil : tidak sama dilatasi dan tak bereaksi pada sisi ipsi lateral
g.    Nyeri / kenyamanan
Data Subyektif:
·         Sakit kepala yang bervariasi intensitasnya
Data obyektif:
·         Tingkah laku yang tidak stabil, gelisah, ketegangan otot / fasial
h.    Respirasi
Data Subyektif:
·         Perokok ( factor resiko )
Tanda:
·         Kelemahan menelan/ batuk/ melindungi jalan napas
·         Timbulnya pernapasan yang sulit dan / atau tak teratur
·         Suara nafas terdengar ronchi /aspirasi
i.      Keamanan
Data obyektif:
·         Mottrik/sensorik : masalah dengan penglihatan
·         Perubahan persepsi terhadap tubuh, kesulitan untuk melihat objek, hilang kewasadaan terhadap bagian tubuh yang sakit
·         Tidak mampu mengenali objek, warna, kata, dan wajah yang pernah dikenali
·         Gangguan berespon terhadap panas, dan dingin/gangguan regulasi suhu tubuh
·         Gangguan dalam memutuskan, perhatian sedikit terhadap keamanan, berkurang kesadaran diri
j.      Interaksi social
Data obyektif:
·         Problem berbicara, ketidakmampuan berkomunikasi
k.    Pengajaran / pembelajaran
Subjektif Data :
·         Riwayat hipertensi keluarga, stroke
·         penggunaan kontrasepsi oral
l.      Pertimbangan rencana pulang
m.   menentukan regimen medikasi / penanganan terapi
n.    bantuan untuk transportasi, shoping , menyiapkan makanan , perawatan diri dan pekerjaan rumah (DoengesE, Marilynn,2000 hal 292)

2.    Diagnosa Keperawatan
a.    Perubahan perfusi jaringan serebral b.d terputunya aliran darah  : penyakit oklusi,  perdarahan, spasme pembuluh darah serebral, edema serebral
Dibuktikan oleh  :
·         perubahan tingkat kesadaran , kehilangan memori
·         perubahan respon sensorik / motorik, kegelisahan
·         deficit sensori , bahasa, intelektual dan emosional
·         perubahan tanda tanda vital
Tujuan  Pasien / criteria evaluasi ;
·         terpelihara dan meningkatnya tingkat kesadaran, kognisi dan fungsi sensori / motor
·         menampakan stabilisasi tanda vital dan tidak ada PTIK
·         Peran pasien menampakan tidak adanya kemunduran  / kekambuhan
Intervensi :
Independen
·         tentukan factor factor yang berhubungan dengan situasi  individu/ penyebab koma / penurunan perfusi serebral dan potensial PTIK
·         monitor dan catat status neurologist secara  teratur
·         monitor tanda tanda vital
·         evaluasi pupil  9 ukuran bentuk kesamaan dan reaksi terhadap cahaya 0
·         Bantu untuk mengubah pandangan , misalnay pandangan kabur, perubahan lapang pandang  / persepsi lapang pandang
·         Bantu meningkatakan fungsi, termasuk bicara jika pasien mengalami gangguan fungsi
·         Kepala dielevasikan perlahan lahan pada posisi netral .
·         Pertahankan tirah baring , sediakan lingkungan yang tenang , atur kunjungan sesuai indikasi
Kolaborasi
·         berikan suplemen oksigen sesuai indikasi
·         berikan medikasi sesuai indikasi :
-          Antifibrolitik, missal aminocaproic acid ( amicar )
-          Antihipertensi
-          Vasodilator perifer, missal cyclandelate,  isoxsuprine.
-          Manitol
b.    Ketidakmampuan mobilitas fisik b.d kelemahan neuromuscular, ketidakmampuan dalam persespi kognitif
Dibuktikan oleh :
·         Ketidakmampuan dalam bergerak pada lingkungan fisik  : kelemahan, koordinasi, keterbatasan rentang gerak sendi, penurunan kekuatan otot.
Tujuan Pasien / criteria evaluasi ;
·         tidak ada kontraktur, foot drop.
·         Adanya peningkatan kemampuan fungsi perasaan atau kompensasi dari bagian tubuh
·         Menampakan kemampuan perilaku / teknik aktivitas sebagaimana permulaanya
·         Terpeliharanya integritas kulit
Intervensi
Independen
·         Rubah posisi tiap dua jam ( prone, supine, miring )
·         Mulai latihan aktif / pasif rentang gerak sendi pada semua ekstremitas
·         Topang ekstremitas pada posis fungsional , gunakan foot board pada saat selama periode paralysisi flaksid. Pertahankan kepala dalam keadaan netral
·         Evaluasi penggunaan alat bantu pengatur posisi
·         Bantu meningkatkan keseimbangan duduk
·         Bantu memanipulasi untuk mempengaruhi warna  kulit edema atau menormalkan sirkulasi
·         Awasi bagian kulit diatas tonjolan tulang
Kolaboratif
·         konsul kebagian fisioterapi
·         Bantu dalam meberikan stimulasi elektrik
·         Gunakan bed air atau bed khusus sesuai indikasi
c.    Gangguan komunikasi verbal  b.d gangguan sirkulasi serebral, gangguan neuromuskuler, kehilangan tonus otot fasial  / mulut, kelemahan umum / letih.
Ditandai :
·         Gangguan artikulasi
·         Tidak mampu berbicara / disartria
·         ketidakmampuan moduasi wicara , mengenal kata , mengidentifikasi objek
·         Ketidakmampuan berbicara atau menulis secara komprehensip
Tujuan pasien / criteria evaluasi
·         Pasien mampu memahami problem komunikasi
·         Menentukan metode komunikasi untuk berekspresi
·         Menggunakan sumber bantuan dengan tepat
Intervensi
Independen
·         Bantu menentukan derajat disfungsi
·         Bedakan antara afasia denga disartria
·         Sediakan bel khusus  jika diperlukan
·         Sediakan metode komunikasi alternative
·         Antisipasi dan sediakan kebutuhan paien
·         Bicara langsung kepada pasien dengan perlahan dan jelas
·         Bicara  dengan nada normal
Kolaborasi :
Konsul  dengan ahli terapi wicara
d.    Perubahan persepsi sensori b.d penerimaan  perubahan  sensori transmisi, perpaduan ( trauma / penurunan neurology), tekanan psikologis ( penyempitan lapangan persepsi  disebabkan oleh kecemasan)
Ditandai ;
·         Disorientasi waktu, tempat , orang
·         Perubahan pla tingkah aku
·         Konsentrasi jelek, perubahan proses piker
·         Ketidakmampuan untuk mengatakan letak organ tubuh
·         Perubahan pola komunikasi
·         Ketidakmampuan mengkoordinasi kemampuan motorik.
Tujuan / criteria hasil :
·         Dapat mempertahakan level kesadaran dan fungsi persepsi pada level biasanya.
·         Perubahan pengetahuan dan mampu terlibat
·         Mendemonstrasikan perilaku untuk kompensasi
Intervensi
Independen
·         Kaji patologi kondisi individual
·         Evaluasi penurunan visual
·         Lakukan pendekatan dari sisi yang utuh
·         Sederhanakan lingkungan
·         Bantu pemahaman sensori
·         Beri stimulasi terhadap sisa sisa rasa sentuhan
·         Lindungi psien dari temperature yang ekstrem
·         Pertahankan kontak mata saat berhubungan
·         Validasi persepsi pasien
e.    Kurang perawatan diri b.d kerusakan neuro muskuler, penurunan kekuatan dan ketahanan, kehilangan kontrol /koordinasi otot
Ditandai dengan :
·         kerusakan kemampuan melakukan AKS misalnya ketidakmampuan makan ,mandi, memasang/melepas baju, kesulitan tugas toiletng
Kriteria hasil:
·         Melakukan aktivitas perwatan diri dalam tingkat kemampuan sendiri
·         Mengidentifikasi sumber pribadi /komunitas dalam memberikan bantuan sesuai kebutuhan
·         Mendemonstrasikan perubahan gaya hidup untuk memenuhi kenutuhan perawatan diri
Intervensi:
·         Kaji kemampuan dantingkat kekurangan (dengan menggunakan skala 1-4) untuk melakukan kebutuhan ssehari-hari
·         Hindari melakukan sesuatu untuk pasien yang dapat dilakukan pasiensendiri, tetapi berikan bantuan sesuai kebutuhan
·         Kaji kemampuan pasien untuk berkomunikasi tentang kebutuhannya untuk menghindari dan atau kemampuan untuk menggunakan urinal,bedpan.
·         Identifikasi kebiasaan defekasi sebelumnya dan kembalikanpada kebiasaan pola nornal tersebut. Kadar makanan yang berserat,anjurkan untuk minum banyak dan tingkatkan aktivitas.
·         Berikan umpan balik yang positif untuk setiap usaha yang dilakukan atau keberhasilannya.
Kolaborasi;
·         Berikan supositoria dan pelunak feses
·         Konsultasikan dengan ahli fisioterapi/okupasi
f.     Ketidakefektifan bersihan jalan napas b.d kerusakan batuk, ketidakmampuan mengatasi lender
kriteria hasil:
·         Pasien memperlihatkan kepatenan jalan napas
·         Ekspansi dada simetris
·         Bunyi napas bersih saaatauskultasi
·         Tidak terdapat tanda distress pernapasan
·         GDA dan tanda vital dalam batas normal
Intervensi:
Kaji dan pantau pernapasan, reflek batuk dan sekresi
·         Posisikan tubuh dan kepala untuk menghindari obstruksi jalan napas dan memmberikan pengeluaran sekresi yang optimal
·         Penghisapan sekresi
·         Auskultasi dada untuk mendengarkan bunyi jalan napas setiap 4 jam
·         Berikan oksigenasi sesuai advis
·         Pantau BGA dan Hb sesuai indikasi
g.    Gangguan pemenuhan nutrisi b.d reflek menelan turun,hilang rasa ujung lidah
Ditandai dengan:
·         Keluhanmasukan makan tidak adekuat
·         Kehilangan sensasi pengecapan
·         Rongga mulut terinflamasi
Kriteria evaluasi:
·         Pasien dapat berpartisipasi dalam intervensi specifik untukmerangsang nafsu makan
·         BB stabil
·         Pasien mengungkapkan pemasukan adekuat
Intervensi;
·         Pantau masukan makanan setiap hari
·         Ukur BB setiap hari sesuai indikasi
·         Dorong pasien untukmkan diit tinggi kalori kaya nutrien sesuai program
·         Kontrol faktor lingkungan (bau, bising), hindari makanan terlalu manis,berlemak dan pedas. Ciptakan suasana makan yang menyenangkan
·         Identifikasi pasien yang mengalami mual muntah
Kolaborasi:
·         Pemberian anti emetikdengan jadwal regular
·         Vitamin A,D,E dan B6
·         Rujuk ahli diit
·         Pasang /pertahankan slang NGT untuk pemberian makanan enteral (DoengesE, Marilynn,2000 hal 293-305)


























BAB III
Penutup
A.    Kesimpulan
Di indonesia, diperkirakan setiap tahun terjadi 500.000 penduduk terkena serangan stroke, dan sekitar 25% atau 125.000 orang meninggal dan sisanya mengalami cacat ringan atau berat. Saat ini stroke menempati urutan ketiga sebagai penyakit mematikan setelah penyakit jantung dan kanker, sedangkan di indonesia stroke menempati urutan pertama sebagai penyebab kematian di rumah sakit. Stroke adalah kehilangan fungsi otak yang diakibatkan oleh berhentinya suplai darah kebagian otak.Penyebabnya adalah trombosis, embolisme serebral, iskemia dan hemoragi serebral. Stroke dapat mengakibatkan banyak kerugian dari penderita dan keluarga. Bahkan penyakit ini dapat mengakibatkan kematian. Penangganan pada klien yang menderita stroke haruslah cepat, tepat dan akurat untuk meminimalkan kecacatan yang diakibatkan.
B.    Saran
Saran yang disampaikan adalah agar mahasiswa lebih memahami konsep penyakit stroke dan asuhan keperawatan pada klien dengan stroke serta mendalami penangganan pasien dengan stroke
















DAFTAR PUSTAKA



  1. Long C, Barbara, Perawatan Medikal Bedah, Jilid 2, Bandung, Yayasan Ikatan Alumni Pendidikan Keperawatan Pajajaran, 1996
  2. Tuti Pahria, dkk, Asuhan Keperawatan  pada Pasien dengan Ganguan Sistem Persyarafan, Jakarta, EGC, 1993
  3. Pusat pendidikan Tenaga Kesehatan Departemen Kesehatan, Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persarafan , Jakarta, Depkes, 1996
4.   Smeltzer C. Suzanne, Brunner & Suddarth,   Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Jakarta, EGC ,2002
 5.   Marilynn E, Doengoes, 2000, Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3, Jakarta,  EGC, 2000
6.   Harsono, Buku Ajar : Neurologi Klinis,Yogyakarta, Gajah Mada university press, 1996
7.    Muttadqin, Arif. 2006. Pengantar Asuhan Keperawatan Klien Gangguan Sistem Saraf. Banjarmasin.
8.    Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Sistem Persyarafan. Jakarta: Salemba Medika.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar