BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Penyakit AutoImune adalah penyakit dimana sistem
kekebalan yang terbentuk salah mengidentifikasi benda asing, dimana sel,
jaringan atau organ tubuh manusia justru dianggap sebagai benda asing sehingga
dirusak oleh antibodi. Jadi adanya penyakit autoimmune tidak memberikan dampak
peningkatan ketahanan tubuh dalam melawan suatu penyakit, tetapi justru terjadi
kerusakan tubuh akibat kekebalan yang terbentuk.
Jika tubuh dihadapkan sesuatu yang asing maka tubuh
memerlukan ketahanan berupa respon immun untuk melawan substansi tersebut dalam
upaya melindungi dirinya sendiri dari kondisi yang potensial menyebabkan
penyakit. Untuk melakukana hal tersebut secara efektif maka diperlukan
kemampuan untuk mengenali dirinya sendiri sehingga dapat memberikan respon pada
kondisi asing atau bukan dirinya sendiri. Pada penyakit autoimmune terjadi
karena kegagalan untuk mengenali beberapa bagian dari dirinya.
Sebenarnya apa terjadi, mengapa system imun yang
terlalu aktif menyebabkan imunitas tidak mengenali bagian dari dirinya,
sehingga terjadi penyerangan-penyerangan oleh system immune?
1.2 Rumusan Masalah
1.2.1
Apa
itu autoimmune?
1.2.2
Apa
penyebab dan mekanisme autoimmune bisa terjadi?
1.2.3
Apa
saja jenis penyakit autoimmune?
1.2.4
Bagaimana
cara mendiagnosa dan mengobati autoimmune?
1.3
Tujuan Penulisan
1.1.1
Mengetahui
arti dari autoimmune itu sendiri.
1.1.2
Menjelaskan
penyebab dan mekanisme autoimmune bisa terjadi.
1.1.3
Mengetahui
jenis penyakit autoimmune.
1.1.4
Menjelaskan
cara mendiagnosa dan mengobati autoimmune.
1.1.5
Memenuhi
tugas pembuatan makalah pada mata ajar Biologi Sel.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1
AUTOIMUNITAS
Autoimunitas
adalah respon imun terhadap antigen tubuh sendiri yang disebabkan oleh
menkanisme normal yang gagal berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel
B, sel T atau keduanya. Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun,
menyerang bagian dari tubuh tersebut dan merupakan kegagalan fungsi sistem
kekebalan tubuh yang membuat badan menyerang jaringannya sendiri. Sistem
imunitas menjaga tubuh melawan pada apa yang terlihatnya sebagai bahan asing
atau berbahaya. Bahan seperti itu termasuk mikro-jasad, parasit (seperti
cacing), sel kanker, dan malah pencangkokkan organ dan jaringan.
Setiap
penyakit yang dihasilkan dari seperti respon imun yang menyimpang, kerusakan
jaringan atau gangguan fungsi fisiologis yang ditimbulkan oleh respon autoimun
disebut penyakit autoimun.
Penyakit AutoImune adalah penyakit dimana sistem
kekebalan yang terbentuk salah mengidentifikasi benda asing, dimana sel,
jaringan atau organ tubuh manusia justru dianggap sebagai benda asing sehingga
dirusak oleh antibodi. Jadi adanya penyakit autoimmune tidak memberikan dampak
peningkatan ketahanan tubuh dalam melawan suatu penyakit, tetapi justru terjadi
kerusakan tubuh akibat kekebalan yang terbentuk.
Bahan
yang bisa merangsang respon imunitas disebut antigen. Antigen adalah molekul
yang mungkin terdapat dalam sel atau di atas permukaan sel (seperti bakteri,
virus, atau sel kanker). Beberapa antigen, seperti molekul serbuk sari atau makanan,
ada di mereka sendiri.
Sel sekalipun pada orang yang memiliki
jaringan sendiri bisa mempunyai antigen. Tetapi, biasanya, sistem imunitas
bereaksi hanya terhadap antigen dari bahan asing atau berbahaya, tidak terhadap
antigen dari orang yang memiliki jaringan sendirii. Tetapi, sistem imunitas
kadang-kadang rusak, menterjemahkan jaringan tubuh sendiri sebagai antibodi
asing dan menghasilkan (disebut autoantibodi) atau sel imunitas menargetkan dan
menyerang jaringan tubuh sendiri.
Respon ini disebut reaksi autoimun. Hal
tersebut menghasilkan radang dan kerusakan jaringan. Efek seperti itu mungkin
merupakan gangguan autoimun, tetapi beberapa orang menghasilkan jumlah yang
begitu kecil autoantibodi sehingga gangguan autoimun tidak terjadi.
2.1.1
Penyebab Utama Penyakit Autoimmune
Genetik : Telah ditunjukkan pada manusia bahwa gen Major
Histocompatibility Complex (MHC) dikaitkan dengan kejadian spesifik dari
penyakit autoimmune. Gen MHC ada pada semua vertebrata, gen ini menandai 2
katagori pokok molekul yang membentuk bagian dari sel membran dan seluruh
bagian membran. Secara khusus gen tersebut memiliki peranan dalam menseleksi
antigen yang dapat dikenali oleh sel-T. Sebuah analisa keturunan dari anjing
beardies menunjukan bahwa hypoadrenocorticism mempengaruhi sifat keturunan yang
dihasilkan. Kejadian ini disebabkan adanya autosomal recessive gene yang
melakukan penetrasi secara tidak lengkap.
Para peneliti berharap dapat mengidentifikasi gen
atau gen-gen pada satu atau lebih loci yang memiliki hubungan dengan
hypoadrenocorticism. Analisa pedigree pada populasi besar Old English Sheepdogs
dan breeds lainnya yang pada populasi lebih kecil, menunjukkan bahwa hampir
semua kasus autoimmune terjadi pada hewan yang memiliki darah segaris. Namun demikian
data tersebut juga menjelaskan bahwa anjing-anjing yang dalam segaris keturunan
tidak selalu menderita penyakit autoimmune dimana mayoritas dalam kondisi
normal, sehat walaupun beberapa menderita gangguan subklinis penyakit
autoimmune. Kesimpulan yang dapat ditarik dari kasus diatas bahwa ; Tampaknya
anjing memiliki kecendurungan secara genetik untuk menderita penyakit
autoimmune.
Fakta lain menunjukkan bahwa gen spesifik atau
kelompok gen sebagai predisposisi suatu keluarga terhadap Psoriasis. Sebagai
tambahan, individu anggota suatu keluarga dengan penyakit autoimmune dapat
berperan dalam membentuk abnormalitas gen yang mendorong kejadian penyakit
autoimmune walaupun mungkin menurunkan penyakit autoimmune dalam jenis penyakit
autoimmune lainnya. Sebagai contoh; salah satu orangtuanya menderita lupus,
maka keturunannya dimungkinkan menderita dermatomyositis dan mungkin keturunan
lainnya penderita Rheumatoid arthritis.
2.1.2
Mekanisme Kejadian Penyakit
Autoimmune
Jika tubuh dihadapkan sesuatu yang asing maka tubuh
memerlukan ketahanan berupa respon immun untuk melawan substansi tersebut dalam
upaya melindungi dirinya sendiri dari kondisi yang potensial menyebabkan
penyakit. Untuk melakukana hal tersebut secara efektif maka diperlukan
kemampuan untuk mengenali dirinya sendiri sehingga dapat memberikan respon pada
kondisi asing atau bukan dirinya sendiri. Pada penyakit autoimmune terjadi
kegagalan untuk mengenali beberapa bagian dari dirinya (NIH, 1998).
Ada 80 grup Penyakit autoimmune serius pada manusia yang
memberikan tanda kesakitan kronis yang menyerang pada hampir seluruh bagian
tubuh manusia. Gejala-gejala yang ditimbulkan mencakup gangguan nervous,
gastrointestinal, endokrin sistem, kulit dan jaringan ikat lainnya, mata,
darah, dan pembuluh darah. Pada gangguan penyakit tersebut diatas, problema
pokoknya adalah terjadinya gangguan sistem immune yang menyebabkan terjadinya
salah arah sehingga merusak berbagai organ yang seharusnya dilindunginya.
2.1.3
Apakah Menular ?
Belum pernah dibuktikan bahwa penyakit autoimmune
ini bersifat menular. Penyakit autoimmune tidak menyebar kepada individu
lainnya sebagaimana penyakit infeksi. Penyakit ini tidak sebagaimana AIDS
demikian pula tidak sebagaimana kanker. Gen individu penderita penyakit
autoimmune memiliki konstribusi terhadap penularan penyakit autoimmune.
Penyakit tertentu seperti Psoriasis dapat terjadi diantara beberapa anggota
keluarga (NIH, 1998).
2.2
PENYAKIT AUTOIMMUNE (PSORIASIS)
Contoh
penyakit autoimun meliputi penyakit seliaka, diabetes mellitus tipe 1 (IDDM),
lupus eritematosus sistemik (SLE), sindrom Sjögren, Churg-Strauss Syndrome,
tiroiditis Hashimoto, penyakit Graves, purpura idiopatik thrombocytopenic, dan
rheumatoid arthritis (RA).
Beberapa ganguan autoimun yang sering
terjadi seperti radang sendi rheumatoid, lupus erythematosus sistemik (lupus),
dan vasculitis, diantaranya. Penyakit tambahan yang diyakini berhubungan dengan
autoimun seperti glomerulonephritis, penyakit Addison, penyakit campuran
jaringan ikat, sindroma Sjogren, sclerosis sistemik progresif, dan beberapa
kasus infertilitas.
Ada beberapa penyakit autoimmune dan masing-masing
dapat berdampak pada tubuh dengan berbagai model, sebagai contoh; reaksi
autoimmune berlangsung menyerang otak pada kasus multiple sclerosis dan
menyerang saluran pencernaan pada kasus penyakit Crohn’s. Pada kasus
penyakit autoimmune lainnya, seperti lupus erythematosus (lupus), berdampak
pada jaringan dan organ-organ yang bervariasi antar individu dengan penyebab
penyakit yang sama.
Seseorang yang menderita lupus mungkin berdampak
pada kulit dan persendian sementara kasus lupus pada individu lainnya
memberikan dampak kulit, ginjal dan paru-paru. Pada akhirnya kerusakan pada
jaringan-jaringan yang disebabkan oleh sistem kekebalan akan permanen
sebagaimana kerusakan sel pankreas yang memproduksi insulin pada diabetes
mellitus tipe I.
2.2.1
Penyakit Autoimmune (Rhematoid-Arthritis)
Beberapa penyakit autoimmune diketahui terjadi dan
makin terjadi karena adanya faktor pemicu seperti infeksi virus. Sinar matahari
tidak saja berperan sebagai pemicu kejadian lupus akan tetapi sinar matahari
malahan dapat memperburuk kondisi penderita lupus. Hal ini perlu disadari
sehingga faktor-faktor tersebut dapat dihindari oleh individu yang rentan dalam
rangka mencegah atau meminimalisasikan jumlah kerusakan yang ditimbulkan oleh
karena penyakitauto immune pada penderita. Faktor-faktor lainnya seperti :
stress kronis, hormonal dan kehamilan, belum banyak diketahui dampaknya
terhadap sistem kekebalan dan penyakit autoimmune (Aronson, 1999)
2.2.2
Penyakit Autoimmune Lupus
Penyakit lupus atau erythematosus
merupakan penyakit kronis yang terjadi karena produksi antibodi atau zat
kekebalam tubuh yang terlalu berlebihan. Penyakit lupus termasuk penyakit
autoimun karena pada saat terkena penyakit lupus, tubuh akan menghasilkan antibodi
yang sebenarnya untuk melenyapkan kuman atau sel kanker yang ada di tubuh,
namun dalam keadaan autoimun, antibodi tersebut ternyata merusak organ tubuh
sendiri. Bagian dari organ tubuh yang sering dirusak adalah: ginjal, sendi,
kulit, jantung, apru, otak, dan sistem pembuluh darah. Semakin lama proses
perusakan terjadi, semakin berat kerusakan organ tubuh.
a.
Gejala Penyakit Lupus
Demam merupakan gejala yang paling
sering muncul. Selain itu juga terdapat rasa nyeri sendi, kelainan pada
kulit, anemia, gangguan pada fungsi ginjal, rasa nyeri kepala, sampai kadang
terjadi kejang. Pada kasus tertentu, kadang pada jantung dan ginjal juga bisa
terdapat cairan yang bisa menimbulkan sesak nafas. Banyak dari gejala penyakit
lupus yang menyerupai penyakit lain. Oleh karena itu, penyakit lupus juga
sering disebut sebagai penyakit peniru ulung.
b.
Jenis Penyakit Lupus
Pada dasarnya, penyakit lupus
dibedakan menjadi 3 jenis, yaitu:
1)
Penyakit
Lupus Diskoid
Penyakit lupus diskoid merupakan
penyakit lupus yang hanya terbatas pada kulit. Penyakit inibiasanya lebih
ringan dan hanya sekitar 10% - 155 yang berkembang menjadi penyakit lupus
sistemi
2)
Penyakit
Lupus Sistemik
Penyakit lupsu sistemik merupakan
penyakit lupus yang bisa menyebabkan kerusakan organ tubuh
3)
Penyakit
Lupus yang Disebabkan Obat
Penyakit lupus jenis ini bisa
menimbulkan gejala seperti pada penyakit lupus sistemik namun
gejalanya akan semakin membaik jika
pemakaian obat dihentikan. Jenis obat yang sering enimbulkan penyakit lupus
diantaranya adalah: prokainamid, hidralazin, serta INH (obat tuberkulosis)
Penyakit lupus akan muncul ketika
seperangkat gen yang memiliki kecenderungan tertentu terkena kombinasi
unsur-unsur lingkungan, perantara infeksi, obat - obatan, sinar ultraviolet,
trauma fisik, tekanan emosional, atau faktor - faktor lain. Pada anak - anak
dan orang dewasa diatas 50th, timbulnya penyakit lupus menunjukkan hanya
sedikit kecenderungan pada perempuan, tetapi antara umur 15 - 45 tahun, hampir
90% pengidapnya adalah perempuan
2.2.3 Penyakit Autoimun Lainnya
Beberapa
Gangguan Autoimun
|
||
Gangguan
|
Jaringan
yang terkena
|
Konsekwensi
|
Anemia
hemolitik autoimun
|
Sel
darah merah
|
Anemia (berkurangnya jumlah sel darah merah)
terjadi, menyebabkan kepenatan, kelemahan, dan sakit kepala ringan. Limpa mungkin
membesar. Anemia bisa hebat dan bahkan fatal.
|
Bullous
pemphigoid
|
Kulit
|
Lepuh besar, yang kelilingi oleh area bengkak yang
merah, terbentuk di kulit. Gatal biasa. Dengan pengobatan, prognosis baik.
|
Sindrom
Goodpasture
|
Paru-paru
dan ginjal
|
Gejala, seperti pendeknya nafas, batuk darah,
kepenatan, bengkak, dan gatal, mungkin berkembang. Prognosis baik jika
pengobatan dilaukan sebelum kerusakan paru-paru atau ginjal hebat terjadi.
|
Penyakit
Graves
|
Kelenjar
tiroid
|
Kelenjar gondok dirangsang dan membesar,
menghasilkan kadar tinggi hormon thyroid (hyperthyroidism). Gejala mungkin
termasuk detak jantung cepat, tidak tahan panas, tremor, berat kehilangan,
dan kecemasa. Dengan pengobatan, prognosis baik.
|
Tiroiditis
Hashimoto
|
Kelenjar
tiroid
|
Kelenjar gondok meradang dan rusak, menghasilkan
kadar hormon thyroid rendah (hypothyroidism). Gejala seperti berat badan
bertambah, kulit kasar, tidak tahan ke dingin, dan mengantuk. Pengobatan
seumur hidup dengan hormon thyroid perlu dan biasanya mengurangi gejala
secara sempurna.
|
Multiple
sclerosis
|
Otak
dan spinal cord
|
Seluruh sel syaraf yang terkena rusak. Akibatnya,
sel tidak bisa meneruskan sinyal syaraf seperti biasanya. Gejala mungkin
termasuk kelemahan, sensasi abnormal, kegamangan, masalah dengan pandangan,
kekejangan otot, dan sukar menahan hajat. Gejala berubah-ubah tentang waktu
dan mungkin datang dan pergi. Prognosis berubah-ubah.
|
Myasthenia
gravis
|
Koneksi
antara saraf dan otot (neuromuscular junction)
|
Otot, teristimewa yang dipunyai mata, melemah dan
lelah dengan mudah, tetapi kelemahan berbeda dalam hal intensitas. Pola
progresivitas bervariasi secara luas. Obat biasanya bisa mengontrol gejala.
|
Pemphigus
|
Kulit
|
Lepuh besar terbentuk di kulit. Gangguan bisa
mengancam hidup.
|
Pernicious
anemia
|
Sel
tertentu di sepanjang perut
|
Kerusakan pada sel sepanjang perut membuat
kesulitan menyerap vitamin B12. (Vitamin B12 perlu untuk produksi sel darah
tua dan pemeliharaan sel syaraf). Anemia adalah, sering akibatnya menyebabkan
kepenatan, kelemahan, dan sakit kepala ringan. Syaraf bisa rusak,
menghasilkan kelemahan dan kehilangan sensasi. Tanpa pengobatan, tali tulang
belakang mungkin rusak, akhirnya menyebabkan kehilangan sensasi, kelemahan,
dan sukar menahan hajat. Risiko kanker perut bertambah. Juga, dengan pengobatan,
prognosis baik.
|
Rheumatoid
arthritis
|
Sendi
atau jaringan lain seperti jaringan paru-paru, saraf, kulit dan jantung
|
Banyak gejala mungkin terjadi. termasuk demam,
kepenatan, rasa sakit sendi, kekakuan sendi, merusak bentuk sendi, pendeknya
nafas, kehilangan sensasi, kelemahan, bercak, rasa sakit dada, dan bengkak di
bawah kulit. Progonosis bervariasi
|
Systemic
lupus erythematosus (lupus)
|
sendi,
ginjal, kulit, paru-paru, jantung, otak dan sel darah
|
Sendi, walaupun dikobarkan, tidak menjadi cacat. Gejala
anemia, seperti kepenatan, kelemahan, dan ringan-headedness, dan yang
dipunyai ginjal, paru-paru, atau jantung mengacaukan, seperti kepenatan,
pendeknya nafas, gatal, dan rasa sakit dada, mungkin terjadi. Bercak mungkin
timbul. Ramalan berubah-ubah secara luas, tetapi kebanyakan orang bisa
menempuh hidup aktif meskipun ada gejolak kadang-kadang kekacauan.
|
Diabetes
mellitus tipe
|
Sel
beta dari pankreas (yang memproduksi insulin)
|
Gejala mungkin termasuk kehausan berlebihan, buang
air kecil, dan selera makan, seperti komplikasi bervariasi dengan jangka
panjang.
Pengobatan seumur hidup dengan insulin diperlukan, sekalipun perusakan sel pankreas berhenti, karena tidak cukup sel pankreas yang ada untuk memproduks iinsulin yang cukup. Prognosis bervariasi sekali dan cenderung menjadi lebih jelek kalau penyakitnya parah dan bertahan hingga waktu yang lama. |
Vasculitis
|
Pembuluh
darah
|
Vasculitis bisa mempengaruhi pembuluh darah di
satu bagian badan (seperti syaraf, kepala, kulit, ginjal, paru-paru, atau
usus) atau beberapa bagian. Ada beberapa macam. Gejala (seperti bercak, rasa
sakit abdominal, kehilangan berat badan, kesukaran pernafasan, batuk, rasa
sakit dada, sakit kepala, kehilangan pandangan, dan gejala kerusakan syaraf
atau kegagalan ginjal) bergantung pada bagian badan mana yang dipengaruhi.
Prognosis bergantung pada sebab dan berapa banyak jaringan rusak. Biasanya,
prognosis lebih baik dengan pengobatan.
|
2.3
MENDIAGNOSA PENYAKIT AUTOIMMUNE
Diagnosa penyakit autoimmune didasarkan pada gejala
individu yang didapatkan melalui pengamatan kondisi fisik dan hasil pemeriksaan
laboratorium. Diagnose dini penyakit autoimmune sangat sulit dilakukan.
Beberapa gejala dari penyakit autoimmune, seperti kecapaian, adalah tidak
spesifik. Test laboratorium mungkin sangat membantu, tetapi seringkali tidak
mencukupi didalam mengkonfirmasi suatu diagnostik. Jika individu menderita
gejala semacam sakit persendian dan hasil laboratorium positif tetapi non
spesifik, maka penderita tersebut akan didignose dengan nama yang membingunggkan
(undifferentiated) sebagai awal atau tidak terbedakan sebagai penyakit jaringan
ikat (connective tissue disease) (NIH, 1998).
2.3.1
Penyebab
Autoimmune
Reaksi
autoimun dapat dicetuskan oleh beberapa hal :
·
Senyawa yang ada di badan yang normalnya
dibatasi di area tertentu (dan demikian disembunyikan dari sistem kekebalan
tubuh) dilepaskan ke dalam aliran darah.Misalnya, pukulan ke mata bisa membuat
cairan di bola mata dilepaskan ke dalam aliran darah.Cairan merangsang sistem
kekebalan tubuh untuk mengenali mata sebagai benda asing dan menyerangnya.
·
Senyawa normal di tubuh berubah,
misalnya, oleh virus, obat, sinar matahari, atau radiasi. Bahan senyawa yang
berubah mungkin kelihatannya asing bagi sistem kekebalan tubuh. Misalnya, virus
bisa menulari dan demikian mengubah sel di badan. Sel yang ditulari oleh virus
merangsang sistem kekebalan tubuh untuk menyerangnya.
·
Senyawa asing yang menyerupai senyawa
badan alami mungkin memasuki badan. Sistem kekebalan tubuh dengan kurang
hati-hati dapat menjadikan senyawa badan mirip seperti bahan asing sebagai
sasaran. Misalnya, bakteri penyebab sakit kerongkongan mempunyai beberapa
antigen yang mirip dengan sel jantung manusia. Jarang terjadi, sistem kekebalan
tubuh dapat menyerang jantung orang sesudah sakit kerongkongan (reaksi ini
bagian dari deman rumatik).
·
Sel yang mengontrol produksi antibodi
misalnya, limfosit B (salah satu sel darah putih) mungkin rusak dan
menghasilkan antibodi abnormal yang menyerang beberapa sel badan.
Keturunan
mungkin terlibat pada beberapa kekacauan autoimun. Kerentanan kekacauan,
daripada kekacauan itu sendiri, mungkin diwarisi. Pada orang yang rentan, satu
pemicu, seperti infeks virus atau kerusakan jaringan, dapat membuat kekacauan
berkembang. Faktor Hormonal juga mungkin dilibatkan, karena banyak kekacauan
autoimun lebih sering terjadi pada wanita.
2.3.2
Gejala Autoimmune
Gangguan
autoimun dapat menyebabkan demam. Tetapi, gejala bervariasi bergantung pada
gangguan dan bagian badan yang terkena. Beberapa gangguan autoimun mempengaruhi
jenis tertentu jaringan di seluruh badan misalnya, pembuluh darah, tulang
rawan, atau kulit.
Gangguan
autoimun lainnya mempengaruhi organ khusus. Sebenarnya organ yang mana pun,
termasuk ginjal, paru-paru, jantung, dan otak, bisa dipengaruhi. Hasil dari
peradangan dan kerusakan jaringan bisa menyebabkan rasa sakit, merusak bentuk
sendi, kelemahan, penyakit kuning, gatal, kesukaran pernafasan, penumpukan
cairan (edema), demam, bahkan kematian.
2.3.3
Diagnosa
Pemeriksaan
darah yang menunjukkan adanya radang dapat diduga sebagai gangguan autoimun.
Misalnya, pengendapan laju eritrosit (ESR) seringkali meningkat, karena protein
yang dihasilkan dalam merespon radang mengganggu kemampuan sel darah merah
(erythrocytes) untuk tetap ada di darah. Sering, jumlah sel darah merah
berkurang (anemia) karena radang mengurangi produksi mereka. Tetapi, radang
mempunyai banyak sebab, banyak diantaranya yang bukan autoimun. Dengan begitu,
dokter sering mendapatkan pemeriksaan darah untuk mengetahui antibodi yang
berbeda yang bisa terjadi pada orang yang mempunyai gangguan autoimun khusus.
Contoh antibodi ini ialah antibodi antinuclear, yang biasanya ada di lupus
erythematosus sistemik, dan faktor rheumatoid atau anti-cyclic citrullinated
peptide (anti-CCP) antibodi, yang biasanya ada di radang sendi rheumatoid.
Tetapi antibodi ini pun kadang-kadang mungkin terjadi pada orang yang tidak
mempunyai gangguan autoimun, oleh sebab itu dokter biasanya menggunakan
kombinasi hasil tes dan tanda dan gejala orang untuk mengambil keputusan apakah
ada gangguan autoimun.
2.3.4
Pengobatan
Pengobatan
memerlukan kontrol reaksi autoimmune dengan menekan sistem kekebalan tubuh.
Tetapi, beberapa obat digunakan reaksi autoimmune juga mengganggu kemampuan
badan untuk berjuang melawan penyakit, terutama infeksi.
Obat
yang menekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan), seperti azathioprine,
chlorambucil, cyclophosphamide, cyclosporine, mycophenolate, dan methotrexate,
sering digunakan, biasanya secara oral dan seringkali dengan jangka panjang.
Tetapi, obat ini menekan bukan hanya reaksi autoimun tetapi juga kemampuan
badan untuk membela diri terhadap senyawa asing, termasuk mikro-jasad penyebab
infeksi dan sel kanker. Kosekwensinya, risiko infeksi tertentu dan kanker
meningkat.
Sering,
kortikosteroid, seperti prednison, diberikan, biasanya secara oral. Obat ini
mengurangi radang sebaik menekan sistem kekebalan tubuh. KortiKosteroid yang
digunakan dlama jangka panjang memiliki banyak efek samping. Kalau mungkin,
kortikosteroid dipakai untuk waktu yang pendek sewaktu gangguan mulai atau
sewaktu gejala memburuk. Tetapi, kortikosteroid kadang-kadang harus dipakai
untuk jangka waktu tidak terbatas.
Ganggua
autoimun tertentu (misalnya, multipel sklerosis dan gangguan tiroid) juga
diobati dengan obat lain daripada imunosupresan dan kortikosteroid. Pengobatan
untuk mengurangi gejala juga mungkin diperlukan.
Etanercept,
infliximab, dan adalimumab menghalangi aksi faktor tumor necrosis (TNF), bahan
yang bisa menyebabkan radang di badan. Obat ini sangat efektif dalam mengobati
radang sendi rheumatoid, tetapi mereka mungkin berbahaya jika digunakan untuk
mengobati gangguan autoimun tertentu lainnya, seperti multipel sklerosis. Obat
ini juga bisa menambah risiko infeksi dan kanker tertentu.
Obat
baru tertentu secara khusua membidik sel darah putih. Sel darah putih menolong
pertahanan tubuh melawan infeksi tetapi juga berpartisipasi pada reaksi
autoimun. Abatacept menghalangi pengaktifan salah satu sel darah putih (sel T)
dan dipakai pada radang sendi rheumatoid. Rituximab, terlebih dulu dipakai
melawan kanker sel darah putih tertentu, bekerja dengan menghabiskan sel darah
putih tertentu (B lymphocytes) dari tubuh. Efektif pada radang sendi rheumatoid
dan dalam penelitain untuk berbagai gangguan autoimun lainnya. Obat lain yang
ditujukan melawan sel darah putih sedang dikembangkan.
Plasmapheresis
digunakan untuk mengobati sedikit gangguan autoimun. Darah dialirkan dan
disaring untuk menyingkirkan antibodi abnormal. Lalu darah yang disaring
dikembalikan kepada pasien. Beberapa gangguan autoimun terjadi tak dapat dipahami
sewaktu mereka mulai. Tetapi, kebanyakan gangguan autoimun kronis. Obat sering
diperlukan sepanjang hidup untuk mengontrol gejala. Prognosis bervariasi
bergantung pada gangguan.
BAB
III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Autoimunitas
adalah respon imun terhadap antigen tubuh sendiri yang disebabkan oleh
menkanisme normal yang gagal berperan untuk mempertahankan self-tolerance sel
B, sel T atau keduanya. Respon imun terlalu aktif menyebabkan disfungsi imun,
menyerang bagian dari tubuh tersebut dan merupakan kegagalan fungsi sistem
kekebalan tubuh yang membuat badan menyerang jaringannya sendiri. Sistem
imunitas menjaga tubuh melawan pada apa yang terlihatnya sebagai bahan asing
atau berbahaya. Bahan seperti itu termasuk mikro-jasad, parasit (seperti cacing),
sel kanker, dan malah pencangkokkan organ dan jaringan.
Obat
yang menekan sistem kekebalan tubuh (imunosupresan), seperti azathioprine,
chlorambucil, cyclophosphamide, cyclosporine, mycophenolate, dan methotrexate,
sering digunakan, biasanya secara oral dan seringkali dengan jangka panjang.
Tetapi, obat ini menekan bukan hanya reaksi autoimun tetapi juga kemampuan
badan untuk membela diri terhadap senyawa asing, termasuk mikro-jasad penyebab
infeksi dan sel kanker. Kosekwensinya, risiko infeksi tertentu dan kanker
meningkat.
3.2 Saran
Dan kami berharap
makalah atau karya tulis ini dapat bermanfaat pagi pembaca sebagai ilmu
pengetahuan atau wawasan umum. Kami menyadari bahwa dalam makalah ini masih
banyak memiliki kekurangan, karena keterbatasan pengetahuan dan sarana yang
kami miliki. Untuk itu saran dan kritik yang bersifat membangun sesalu kami
harapkan sehinga dimasa mendatang makalah ini dapat menjadi lebih baik.
Daftar Pustaka
James, Joyce, dkk.
2006. Prinsip-Prinsip Sains Untuk Keperawatan.
Jakarta: Erlangga.
mantap lanjutkan kawan ......
BalasHapushahaha... ku masih bingung nah cara mengembangkan blog nech...
BalasHapus