Selasa, 04 Desember 2012

Bioetika



BAB I
PENDAHULUAN

1.1    Latar Belakang

Kemajuan pengetahuan dan teknologi di bidang kesehatan berdampak besar terhadap peningkatan mutu pelayanan keperawatan.  Pelayanan keperawatan yang dilaksanakan oleh tenaga profesional, dalam melaksanakan tugasnya dapat bekerja secara mandiri dan dapat pula bekerja sama dengan profesi lain.
Perawat dituntut untuk melaksanakan asuhan keperawatan untuk pasien/klien baik secara individu, keluarga, kelompok, dan masyarakat dengan memandang manusia secara biopsikososial spiritual yang komperhensif.  Sebagai tenaga yang profesional, dalam melaksanakan tugasnya diperlukan suatu sikap yang menjamin terlaksananya tugas tersebut dengan baik dan bertanggungjawab secara moral.
Masalah, merupakan suatu bagian yang tak dapat dipisahkan dari segala segi kehidupan.  Tidak ada satupun benda ataupun subjek hidup yang bersih tanpa masalah, namun ada yang tersembunyi namun ada juga yang lebih dominan oleh masalahnya.
Begitupun dalam praktik keperawatan, terdapat beberapa isu yang bisa jadi merupakan masalah dalam praktik keperawatan kita. Baik merupakan perbuatan dari pihak yang tidak bertanggung jawab, ataupun segala hal yang terjadi disebabkan oleh pertimbangan etis.

1.2  Rumusan Masalah
ü Apa itu Bioetis?
ü Apa hubungannya bioetis dengan permasalahan keperawatan.?
ü Bagaimana prinsip Etis dalam keperawatan?
ü Apa saja model keputusan bioetis?

1.3  Tujuan Penulisan
ü Mengetahui secara sfesipik tentang bioetis.
ü Mengupas tentang hubungan bioetis dengan permasalahan keperawatan.
ü Memaparkan tentang prinsip etis.
ü Mengetahui model apa saja mengenai keputusan bioetis.
ü Memenuhi tugas pembuatan makalah pada mata ajar KDK.





BAB II
PEMBAHASAN

2.1    Pengertian Bioetika
“Apa itu Bioetika?”, mungkin itu adalah pertanyaan yang sering muncul dalam benak kita. Suatu konsep yang kadang menjadi semakin rumit saat kita lebih dalam memikirkannya.
Secara harfiah, istilah ini muncul dari bahasa Yunani, bios (hidup) dan ethike (apa yang seharusnya dilakukan manusia). Istilah ini sendiri diartikan sebagai kajian etika mengenai isu sosial dan moral yang muncul akibat aplikasi bioteknologi dan medis (Lim dan Ho, 2003).
Bioetik merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik, menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan, bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theology.
Pada lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua tindakan yang berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain : peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan
Bioetika muncul sebagai respon atas semakin berkembangnya ilmu dan teknologi hayati, utamanya di bidang medis yang berhubungan erat dan/atau menjadikan manusia sebagai objeknya.
Dapat disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut perawatan kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap masalah-masalah pelayanan kesehatan
2.1.1    Bioetika keperawatan
Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan masyarakat, yang berarti masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi keperawatan untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan. Konsekwensi dari hal tersebut tentunya setiap keputusan dari tindakan keperawatan harus mampu dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan dan setiap penganbilan keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata tetapi juga dengan mempertimbangkan etika.
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan sebagai acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik dan buruk yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan tanggungjawanb moral.(Nila Ismani, 2001).
Bioetik adalah studi tentang isu etika dalam pelayanan kesehatan (Hudak & Gallo, 1997).Dalam pelaksanaannya etika keperawatan mengacu pada bioetik sebagaimana tercantum dalam sumpah janji profesi keperawatan dan kode etik profesi keperawatan.
Kemajuan ilmu dan teknologi terutama di bidang biologi dan kedokteran telah menimbulkan berbagai permasalahan atau dilema etika kesehatan yang sebagian besar belum teratasi ( catalano, 1991).
Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang perilaku benar atau salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan perilaku. Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral kedalam situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang membimbing manusia berpikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak yang menggunakan istilah etik untuk mengambarkan etika suatu profesi dalam hubungannya dengan kode etik profesional seperti Kode Etik PPNI atau IBI.
Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang tentang penghargaan terhadap suatu standar atau pegangan yang mengarah pada sikap/perilaku seseorang. Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah rentang nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku personal. Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar personal tentang benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara etika dalam agama, hukum, adat dan praktek professional.
Perawat atau bidan memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktek asuhan profesional. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan perawat atau bidan, dan berlanjut pada diskusi formal maupun informal dengan sejawat atau teman. Perilaku yang etis mencapai puncaknya bila perawat atau bidan mencoba dan mencontoh perilaku pengambilan keputusan yang etis untuk membantu memecahkan masalah etika. Dalam hal ini, perawat atau bidan seringkali menggunakan dua pendekatan: yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan pendekatan berdasarkan asuhan keperawatan /kebidanan.
2.1.2  Prinsip Etis Dalam Pelayanan Keperawatan

Lima prinsip penting dalam bidang keperawatan yang dikembangkan oleh Fry (1991) meliputi :
1.       Kemurahan Hati (Beneficence)
Inti dari prinsip ini adalah tanggung jawab untuk melakukan kebaikan yang menguntungkan klien dan menghindari perbuatan yang merugikan atau membahayakan klien. Tetapi dengan kemajuan ilmu dan teknologi, resiko yang membahayakan klien dapat terjadi sehingga akan menimbulkan konflik atau dilema. Untuk itu diperlukan sistem klarifikasi nilai sebelum seseorang memutuskan suatu tindakan. Megan (1989) mengelompokan tujuh proses penilaian ke dalam tiga kelompok yaitu:
a.    Menghargai
·           Menjunjung dan menghargai nila/keyakinan dan perilaku seseorang
·           Menegaskan di depan umum jika diperlukan
b.    Memilih
·           Memilih dari berbagai alternative
·           Memilih setelah mempertimbangkan konsekuensinya
·           Memilih secara bebas
c.    Bertindak
·             Bertindak sebagai pola, konsistensi, dan repetisi (mengulang yang telah disepakati)

Langkah-langkah di atas dapat digunakan perawat untuk membantu pasien dalam mengambil keputusan melalui proses mengidentifikasi bidang konflik, memilih dan menentukan berbagai alternatif, menetapkan tujuan dan pada akhirnya melakukan tindakan.

2.      Keadilan (Justice)
Beauchamp dan Childress memandang bahwa mereka yang sederajat harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan secara tidak sederajat, sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan kata lain ketika seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka ia harus mendapatkan sumber kesehatan yang besar pula.
3.       Kemandirian (Otonomi)
Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai kebebasan untuk menentukan tindakan atau keputusan berdasarkan rencana yang mereka pilih (Veatch dan Fry, 1987). Penerapan prinsip ini dipengaruhi oleh banyak hal, seperti tingkat kesadaran, usia, penyakit, ekonomi, lingkungan rumah sakit, tersedianya informasi dan lain-lain.
4.      Kejujuran (Veracity)
Menurut Veatch dan Fry (1987), prinsip ini didefinisikan dengan menyatakan yang sebenarnya atau tidak bohong. Hasil penelitian menjelaskan bahwa pada klien dalam keadaan terminal, klien ingin diberi tahu tentang kondisinya secara jujur (Veatch, 1978). Kejujuran harus dimiliki perawat saat berhubungan dengan klien, karena kejujuran merupakan dasar terbinanya hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.
5.      Ketaatan (Fidelity)
Prinsip ini didefinisikan oleh Veatch dan Fry sebagai tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan. Dalam konteks hubungan perawat-klien meliputi tanggungjawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi, dan memberikan perhatian/kepedulian. Kesetiaan perawat terhadap janji-janji tersebut mungkin tidak akan mengurangi penyakit atau mencegah kematian klien, tetapi akan mempengaruhi kehidupan serta kualitas kehidupan klien.
2.2    Model Keputusan Bioetika
Para siswa sering mengalami kesulitan bagaimana cara memulai ketika menganalisis suatu konflik etika atau dilema. Mereka tidak mengetahui pertanyaan apa yang disampaikan dan bagaimana proses untuk sampai pada suatu keputusan (Johansen & Harris, 2000).
Di dalam kelas, kita memperkenalkan suatu masalah ilmiah teknis dan meminta para siswa mengemukakan sebanyak mungkin pandangan etis yang mereka kuasai. Sebagai contoh, kita meminta para siswa untuk mempertimbangkan percobaan menggunakan binatang untuk penemuan ilmiah yang secara etika benar. Kita menggolongkan tanggapan mereka ke dalam teori konsekuensialisme atau deontologi (Teori Kantian). Dari diskusi seperti itu akan membimbing siswa untuk sampai kepada  wawasan bahwa ada banyak pandangan-panadangan yang berbeda, yang mungkin sebelumnya siswa mengira hanya ada satu pandangan/kesimpulan yang  benar guna memberikan solusi terhadap suatu konflik atau dilema.
            Etika keperawatan mengacu pada bioetik yang terdiri dari 3 pendekatan
1)    Pendekatan Telelogik
2)    Pendekatan Deontologik
3)    Pendekatan Intiutionism
 Pendekatan Telelogik
Menjelaskan suatu fenomena dan akibatnya
Pendekatan ini dihadapkan pada konsekuensi dan keputusan etik.
Membenarkan secara hukum tindakan atau keputusan yang diambil untuk kepentingan medis.
Pendekatan ini selalu digunakan dalam menghadapi masalah medis
Contoh kasus:
Dalam suatu kondisi seorang pasien harus segerah dioperasi sedangkan tidak ada ahli bedah yang berpengalaman, namun hanya ada ahli bedah yang belum berpengalaman untuk keselamatan pasien bisa dilakukan operasi.
-Seorang perawat bisa menolong pesalinan bila tidak ada bidan.
Pendekatan Deontologi
Adalah merupakan suatu teori atau study tentang kewajiban moral atau  pendekatannya didasarkan pada kewajiban moral.
Moralitas dari suatu keputusan etis yang sepenuhnya terpisah dari konsukensinya.
Seorang perawat berkeyakinan bahwa menyampaikan suatu kebenaran merupakan suatu hal yang sangat penting dan tetap harus disampaikan .
Perbedaan 2 pendekatan pada kasus sbb;
Isu etis aborsi (teleologik); mungkin mempertimbangkan bahwa tujuan menyelamatkan kehidupan ibu, hal yang dibenarkan dalam tindakan aborsi.
Deontologik ; secara moral terminasi kehidupan merupakan hal yang buruk untuk dilakukan. Pendekatan ini dilakukan tanpa menentukan keputusan.
Pendekatan Intiutionism
Bahwa pandangan atau sifat manusia dalam mengetahui hal yang benar dan salah
Keyakinan akan etika keperawatan yang akan dilakukan dan meyakini baik dan benar.
Contoh kasus:
Seorang perawat tentu mengetahui bahwa menyakiti pasien merupakan tindakan yang tidak benar. Hal tersebut tidak perlu  diajarkan lagi pada perawat, karena mengacu pada etika seorang perawat yang diyakini dapat membedakan mana yang benar dan mana yang buruk untuk dilakukan.
Pembelajaran bioetika dapat dilakukan sebagaimana yang dikemukakan Fullick & Ratcliffe (1996) yakni :
1. Interpretasi (memperkenalkan isu-isu etika dalam Biologi, misal: kloning, apa kloning itu? – bagaimana kalau suami istri tidak punya anak secara biologis karena suami Azoospermia, bertahan ingin punya anak biologis dengan kloning?)
2. Analisis (faktor-faktor apa baik dari luar maupun dalam diri seseorang yang mempengaruhi seseorang ingin punya anak?
3. Argumen (rencana keputusan apa saja yang mungkin diambil dan apa kekuatan dan kelemahan masing-masing?)
4. Pengambilan Keputusan (keputusan yang dapat diambil setelah melakukan kritik terhadap masing-masing rencana keputusan).
          Strategi pembelajaran bioetika dapat berupa diskusi maupun debat yang mengandung tahapan di atas. Pembelajaran bioetika seperti tersebut di atas dikenal juga dengan pembelajaran bioetika menggunakan Dilema Bioetika.
1.      RESOLVEDD
Model pengambilan keputusan yang lain adalah strategi RESOLVEDD, diperkenalkan dalam Ethics on the job (Pfeiffer & Forsberg dalam Johansen & Harris, 2000). Strategi ini mengijinkan para siswa untuk membuat suatu keputusan setelah menganalisis dan mengevaluasi kedua sumber utama pertimbangan etis: prinsip (deontologi) dan konsekwensi (konsekuensialisme).
Strategi RESOLVEDD meliputi langkah-langkah berikut:
R. Review       :Meninjau ulang sejarah.
E. Estimate      :Menaksir masalah atau konflik.
S. Solutions     :Mendaftar kemungkinan pemecahan yang utama.
O. Outcomes   :Menyatakan konsekwensi atau hasil yang penting dari tiap solusi utama.
L. Likely         :Menguraikan kemungkinan dampak dari tiap solusi utama.
V.Values         :Menjelaskan nilai-nilai yang ditegakkan dan yang dilanggar oleh masing-masing solusi.
E. Evaluate     :Mengevaluasi masing-masing solusi utama dan hasilnya, kemungkinan dampak, nilai-nilai yang ditegakkan dan yang dilanggar.
Dl.Decide       :Memutuskanlah solusi mana yang terbaik, memperjelas detilnya, dan membenarkan hal itu.
D2.Defend      :Mempertahankan keputusan melawan kelemahan utama.
Untuk menerapkan RESOLVEDD, para siswa harus mempunyai suatu pemahaman dasar menyangkut biologi terkait dengan masalah yang ingin mereka pecahkan. Salah satu keuntungan menggunakan RESOLVEDD ialah mencegah para siswa hanya melihat satu jawaban yang dianggap benar bagi suatu konflik etis,  sebab RESOLVEDD sering menghasilkan banyak keputusan terakhir atau solusi. Sebagai contoh, model ini mungkin bekerja baik sekali untuk isu etis yang terkait ke masalah medis. Menggunakanlah metode RESOLVEDD, para siswa akan mampu menghasilkan banyak solusi, menguraikan dampak dari tiap solusi utama, mengevaluasi kemungkinan dampak, menguraikan solusi yang terbaik, dan mempertahankan keputusan mereka.
Kekurangan RESOLVEDD, para siswa sering mengalami kesulitan untuk menjelaskan nilai-nilai yang etis yang ditegakkan dan yang dilanggar oleh masing-masing solusi utama. Seringkali RESOLVEDD dapat tidak berhasil, sebab para siswa tidak mampu untuk memutuskan tindakan yang terbaik untuk diri mereka atau untuk masyarakat.
2.      Model Ten-Step dari Alasan-alasan Moral
Ten-Step Model ( O'Morrow & Carter dalam Johansen & Harris, 2000) didasarkan pada alasan moral, teori keputusan, pengembangan moral, nilai-nilai dan penilaian, dan evaluasi. Para siswa membahas proses ini dan secepatnya memutuskan suatu tindakan yang bisa diterima sesuai dengan situasi yang telah ditentukan. Untuk semua model pengambilan keputusan etis terbaik, pengetahuan siswa tentang teori etika membantu mereka untuk mengidentifikasi isu etika dan menyediakan pertimbangan moral untuk tindakan yang mereka putuskan benar. Di bawah ini adalah langkah-langkah dari Ten-Step Model:
  1. Mengisolasi masalah, mengidentifikasi keputusan yang diperlukan, mencakup komponen etika, dan menetapkan individu kunci.
  2. Memperjelas situasi; mengumpulkan informasi tambahan.
  3. Mengidentifikasi isu etika atau dilema etika dari  situasi.
  4. Menguji masalah untuk pribadi dan posisi moral profesional.
  5. Memperjelas posisi moral individu kunci yang terlibat.
  6. Mengidentifikasi konflik nilai menyangkut individu.
  7. Memutuskan siapa pembuat keputusan.
  8. Mengembangkan wilayah tindakan dengan hasil antisipasi.
  9. Menjangkau suatu keputusan atas suatu tindakan dan membawanya ke luar.
  10. Mengevaluasi dan meninjau ulang hasil dari  keputusan.  Memonitor hasil evaluasi ini dari waktu ke waktu (O'Morrow &  Carter dalam Johansen & Harris, 2000).
Salah satu dari keuntungan penggunaan model ini dalam pengambilan keputusan etika adalah individu kunci dilibatkan di dalam situasi dan yang menentukan pembuatan keputusan itu. Jika pada model RESOLVEDD terlalu memerlukan banyak waktu  dan menghasilkan terlalu banyak alternatif tanpa datangnya suatu solusi, maka pada Ten-Step Model mempercayakan sebagian besar individu kunci yang tidak mungkin secara langsung dilibatkan dalam proses ilmiah. Keputusan yang paling etis adalah dibuat oleh individu secara pribadi, dan sering  tidak ditanya, percaya kepada proses pengambilan keputusan etis.  Model berikutnya dirancang untuk proses menilai diri sendiri yang dapat diterapkan pada banyak dilema etika yang terjadi di dalam penentuan ilmiah atau teknis.
3.      Metode ABCDE
Metoda pengambilan keputusan etika ini memberikan peluang kepada suatu kelompok atau individu untuk menjangkau suatu keputusan terakhir di dalam suatu konflik etika. Model ABCDE untuk pengambilan keputusan meminta para siswa untuk memikirkan tentang argumentasi yang bertentangan, biaya dan manfaat, dan untuk menjangkau suatu keputusan terakhir berdasarkan pada kejujuran pribadi.
Model ini diterangkan sebagai berikut:
1.      Argumentasi. Meminta dengan tegas kepada para siswa itu memberikan argumentasi sederhana, pendek/singkat untuk melawan masing-masing sisi dari suatu konflik etika. Satu dari jalan yang paling efektif untuk melakukan hal ini adalah meminta para siswa berpegang teguh pada posisi sebelum diskusi tentang sisi lain dari argumentasinya.
2.      Both Sides. Meyakinkan bahwa suatu argumentasi mempunyai dua atau lebih sisi  yang dapat didekati dari perspektif konsekuensi. Mengingatkan para siswa untuk membuat tanpa putusan adalah suatu keputusan dengan konsekwensi. Adalah penting untuk mendorong para siswa untuk melihat bahwa ada sisi lain dari dilema sungguhpun mereka boleh memprotes bahwa mereka hanya melihat dari satu sisi saja.
3.      Costs and Benefits.  Menggunakan informasi yang telah mereka kembangkan   sampai sekarang terkait dengan biaya dan keuntungan-keuntungan masing-masing argumentasi.
4.      Decision.  Penggunaan diskusi terbuka dan debat, agar para siswa dapat menjangkau suatu keputusan atau kesimpulan. Tidak berarti seluruh kelas perlu setuju. Bagaimanapun, ini adalah suatu hal berharga dari waktu untuk mencoba untuk menjangkau keputusan terakhir sebab hal ini dengan teliti mencerminkan proses di dalam masyarakat yang lebih luas. Keputusan boleh jadi disetujui oleh mayoritas pemilih atau oleh konsensus. Atau tidak semua orang akan setuju, tetapi adalah penting bagi para siswa untuk menjadi bagian dari proses yang menjangkau suatu keputusan yang disetujui oleh kebanyakan dari kelompok itu.
5.      Evaluate. Dengan semua argumentasi, biaya-biaya dan manfaat, dan keputusan terakhir, apakah proses nampak adil?  Selagi adil adalah sesuatu yang tidak sederhana, maka pada umumnya siswa dapat menerimanya.
Model ini dengan jelas menunjukkan bahwa siswa perlu memegang teori etika klasik sebab memungkinkan untuk mengemukakan argumentasi ke depan baik teori teleologi maupun deontologi. Para siswa juga perlu mempunyai pengetahuan menyangkut biologi dasar dibalik pokok materi yang sedang dalam pembicaraan. Model ini mempunyai keuntungan antara lain mudah untuk menjelaskan dan menawarkan suatu proses pengambilan keputusan secara langsung. Juga menyediakan suatu forum di mana masing-masing individu harus menjelaskan nilai-nilai yang dimiliki dan memahami perihal (orang) lain. Melalui proses ini , para siswa akan menemukan informasi baru, menyelidiki poin-poin pandangan, mempertentangkan apa yang mereka miliki, dan mengembangkan argumentasi. Keputusan sebagai bagian dari proses ini memberikan peluang pada para siswa untuk belajar menerima secara sosial dan secara moral. Akhirnya, langkah evaluasi menyoroti para siswa  konsekwensi dari keputusan mereka. Penggunaan model ini tidak akan membuat semua orang bahagia tetapi akan menawarkan kepada para siswa suatu kesempatan untuk menguji proses pengambilan keputusan yang etis dengan menyelidiki hal-hal di luar nilai-nilai individu mereka.




















BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Bioetik adalah studi tentang isu etika dalam pelayanan kesehatan (Hudak & Gallo, 1997).Dalam pelaksanaannya etika keperawatan mengacu pada bioetik sebagaimana tercantum dalam sumpah janji profesi keperawatan dan kode etik profesi keperawatan.
Dalam praktinya, seorang perawat harus memiliki prinsi-prinsip Autonomi, Benefesience, Justice, Veracity, Avoiding Killing, Fedelity.
Siswa perlu dibelajarkan untuk berpikir dan memprediksi konsekuensi dari apa yang dilakukan. Mendiskusikan pendapat-pendapat baik yang pro maupun kontra adalah hal yang sangat berharga untuk mengembangkan wawasan siswa. Proses memperoleh keputusan etik dari suatu fenomena dalam biologi perlu dibelajarkan kepada siswa dengan berlandaskan filosofi konstruktivistik, agar kelak siswa sebagai ilmuwan biologi dapat mempertimbangkan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam proses ilmiah.
3.2 Saran
Isu bioetik dalam  praktik keperawatan tentu saja bukan barang langka, yang bisa didapatkan oleh calon perawat sekalipun.  Dengan mempelajarinya secara rinci, dan dengan mengatahui akibat yang dapat ditimbulkannya. Maka tidaklah bisa dikatakan seorang perawat yang baik, apabila masih melakukan tindakan di luar batas yang diperbolehkan.
Dengan adanya bahasan menganai isu bioetik seperti ini, kita akan diingatkan batapa kejinya perbuatan yang melanggar aturan itu.  Dan kita juga diajarkan tentang bagaimana menyikapi segala bentuk dilema dalam praktik keseharian kita. Semoga makalah ini dapat menjadi acuan, atau referensi dalam pengajaran mata kuliah etika keperawatan.






Daftar Pustaka
http://saintek.uin-malang.ac.id/index.php/perpustakaan.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar