BAB I
PENDAHULUAN
1.1
Latar
Belakang
Kemajuan pengetahuan dan teknologi
di bidang kesehatan berdampak besar terhadap peningkatan mutu pelayanan
keperawatan. Pelayanan keperawatan yang dilaksanakan oleh tenaga
profesional, dalam melaksanakan tugasnya dapat bekerja secara mandiri dan dapat
pula bekerja sama dengan profesi lain.
Perawat dituntut untuk melaksanakan
asuhan keperawatan untuk pasien/klien baik secara individu, keluarga, kelompok,
dan masyarakat dengan memandang manusia secara biopsikososial spiritual yang
komperhensif. Sebagai tenaga yang profesional, dalam melaksanakan
tugasnya diperlukan suatu sikap yang menjamin terlaksananya tugas tersebut dengan
baik dan bertanggungjawab secara moral.
Masalah, merupakan suatu bagian yang
tak dapat dipisahkan dari segala segi kehidupan. Tidak ada satupun benda
ataupun subjek hidup yang bersih tanpa masalah, namun ada yang tersembunyi
namun ada juga yang lebih dominan oleh masalahnya.
Begitupun dalam praktik keperawatan,
terdapat beberapa isu yang bisa jadi merupakan masalah dalam praktik
keperawatan kita. Baik merupakan perbuatan dari pihak yang tidak bertanggung
jawab, ataupun segala hal yang terjadi disebabkan oleh pertimbangan etis.
1.2 Rumusan Masalah
ü Apa itu Bioetis?
ü Apa hubungannya bioetis dengan
permasalahan keperawatan.?
ü Bagaimana prinsip Etis dalam
keperawatan?
ü Apa saja model keputusan bioetis?
1.3 Tujuan Penulisan
ü Mengetahui secara sfesipik tentang bioetis.
ü Mengupas tentang hubungan bioetis
dengan permasalahan keperawatan.
ü Memaparkan tentang prinsip etis.
ü Mengetahui model apa saja mengenai
keputusan bioetis.
ü Memenuhi tugas pembuatan makalah pada
mata ajar KDK.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian
Bioetika
“Apa
itu Bioetika?”, mungkin itu adalah pertanyaan yang sering muncul dalam benak
kita. Suatu konsep yang kadang menjadi semakin rumit saat kita lebih dalam
memikirkannya.
Secara
harfiah, istilah ini muncul dari bahasa Yunani, bios (hidup) dan ethike
(apa yang seharusnya dilakukan manusia). Istilah ini sendiri diartikan
sebagai kajian etika mengenai isu sosial dan moral yang muncul akibat aplikasi
bioteknologi dan medis (Lim dan Ho, 2003).
Bioetik
merupakan studi filosofi yang mempelajari tentang kontroversi dalam etik,
menyangkut masalah biologi dan pengobatan. Lebih lanjut, bioetik difokuskan
pada pertanyaan etik yang muncul tentang hubungan antara ilmu kehidupan,
bioteknologi, pengobatan, politik, hukum, dan theology.
Pada
lingkup yang lebih sempit, bioetik merupakan evaluasi etik pada moralitas
treatment atau inovasi teknologi, dan waktu pelaksanaan pengobatan pada
manusia. Pada lingkup yang lebih luas, bioetik mengevaluasi pada semua tindakan
moral yang mungkin membantu atau bahkan membahayakan kemampuan organisme
terhadap perasaan takut dan nyeri, yang meliputi semua tindakan yang
berhubungan dengan pengobatan dan biologi. Isu dalam bioetik antara lain :
peningkatan mutu genetik, etika lingkungan, pemberian pelayanan kesehatan
Bioetika
muncul sebagai respon atas semakin berkembangnya ilmu dan teknologi hayati,
utamanya di bidang medis yang berhubungan erat dan/atau menjadikan manusia
sebagai objeknya.
Dapat
disimpulkan bahwa bioetik lebih berfokus pada dilema yang menyangkut perawatan
kesehatan modern, aplikasi teori etik dan prinsip etik terhadap masalah-masalah
pelayanan kesehatan
2.1.1 Bioetika keperawatan
Profesi keperawatan mempunyai kontrak sosial dengan
masyarakat, yang berarti masyarakat memberi kepercayaan kepada profesi
keperawatan untuk memberikan pelayanan yang dibutuhkan. Konsekwensi dari hal
tersebut tentunya setiap keputusan dari tindakan keperawatan harus mampu
dipertanggungjawabkan dan dipertanggunggugatkan dan setiap penganbilan
keputusan tentunya tidak hanya berdasarkan pada pertimbangan ilmiah semata
tetapi juga dengan mempertimbangkan etika.
Etika adalah peraturan atau norma yang dapat digunakan
sebagai acuan bagi perlaku seseorang yang berkaitan dengan tindakan yang baik
dan buruk yang dilakukan seseorang dan merupakan suatu kewajiban dan
tanggungjawanb moral.(Nila Ismani, 2001).
Bioetik adalah studi tentang isu etika dalam pelayanan
kesehatan (Hudak & Gallo, 1997).Dalam pelaksanaannya etika keperawatan
mengacu pada bioetik sebagaimana tercantum dalam sumpah janji profesi keperawatan
dan kode etik profesi keperawatan.
Kemajuan ilmu dan teknologi terutama di bidang biologi dan
kedokteran telah menimbulkan berbagai permasalahan atau dilema etika kesehatan
yang sebagian besar belum teratasi ( catalano, 1991).
Etik merupakan suatu pertimbangan yang sistematis tentang
perilaku benar atau salah, kebajikan atau kejahatan yang berhubungan dengan
perilaku. Etika merupakan aplikasi atau penerapan teori tentang filosofi moral
kedalam situasi nyata dan berfokus pada prinsip-prinsip dan konsep yang
membimbing manusia berpikir dan bertindak dalam kehidupannya yang dilandasi
oleh nilai-nilai yang dianutnya. Banyak pihak yang menggunakan istilah etik
untuk mengambarkan etika suatu profesi dalam hubungannya dengan kode etik
profesional seperti Kode Etik PPNI atau IBI.
Nilai-nilai (values) adalah suatu keyakinan seseorang
tentang penghargaan terhadap suatu standar atau pegangan yang mengarah pada
sikap/perilaku seseorang. Sistem nilai dalam suatu organisasi adalah rentang
nilai-nilai yang dianggap penting dan sering diartikan sebagai perilaku
personal. Moral hampir sama dengan etika, biasanya merujuk pada standar
personal tentang benar atau salah. Hal ini sangat penting untuk mengenal antara
etika dalam agama, hukum, adat dan praktek professional.
Perawat atau bidan memiliki komitmen yang tinggi untuk
memberikan asuhan yang berkualitas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam
praktek asuhan profesional. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari
pendidikan perawat atau bidan, dan berlanjut pada diskusi formal maupun
informal dengan sejawat atau teman. Perilaku yang etis mencapai puncaknya bila
perawat atau bidan mencoba dan mencontoh perilaku pengambilan keputusan yang
etis untuk membantu memecahkan masalah etika. Dalam hal ini, perawat atau bidan
seringkali menggunakan dua pendekatan: yaitu pendekatan berdasarkan prinsip dan
pendekatan berdasarkan asuhan keperawatan /kebidanan.
2.1.2 Prinsip Etis Dalam Pelayanan Keperawatan
Lima prinsip penting dalam bidang keperawatan yang
dikembangkan oleh Fry (1991) meliputi :
1. Kemurahan Hati
(Beneficence)
Inti dari prinsip ini adalah tanggung jawab untuk melakukan
kebaikan yang menguntungkan klien dan menghindari perbuatan yang merugikan atau
membahayakan klien. Tetapi dengan kemajuan ilmu dan teknologi, resiko yang
membahayakan klien dapat terjadi sehingga akan menimbulkan konflik atau dilema.
Untuk itu diperlukan sistem klarifikasi nilai sebelum seseorang memutuskan
suatu tindakan. Megan (1989) mengelompokan tujuh proses penilaian ke dalam tiga
kelompok yaitu:
a. Menghargai
·
Menjunjung dan menghargai nila/keyakinan dan perilaku seseorang
·
Menegaskan di depan umum jika diperlukan
b. Memilih
·
Memilih dari berbagai alternative
·
Memilih setelah mempertimbangkan konsekuensinya
·
Memilih secara bebas
c. Bertindak
·
Bertindak sebagai pola, konsistensi, dan repetisi (mengulang yang telah
disepakati)
Langkah-langkah di atas dapat digunakan perawat untuk
membantu pasien dalam mengambil keputusan melalui proses mengidentifikasi
bidang konflik, memilih dan menentukan berbagai alternatif, menetapkan tujuan
dan pada akhirnya melakukan tindakan.
2. Keadilan (Justice)
Beauchamp dan Childress memandang bahwa mereka yang sederajat
harus diperlakukan sederajat, sedangkan yang tidak sederajat diperlakukan
secara tidak sederajat, sesuai dengan kebutuhan mereka. Dengan kata lain ketika
seseorang mempunyai kebutuhan kesehatan yang besar, maka ia harus mendapatkan
sumber kesehatan yang besar pula.
3. Kemandirian
(Otonomi)
Prinsip otonomi menyatakan bahwa setiap individu mempunyai
kebebasan untuk menentukan tindakan atau keputusan berdasarkan rencana yang
mereka pilih (Veatch dan Fry, 1987). Penerapan prinsip ini dipengaruhi oleh
banyak hal, seperti tingkat kesadaran, usia, penyakit, ekonomi, lingkungan
rumah sakit, tersedianya informasi dan lain-lain.
4. Kejujuran (Veracity)
Menurut Veatch dan Fry (1987), prinsip ini didefinisikan
dengan menyatakan yang sebenarnya atau tidak bohong. Hasil penelitian
menjelaskan bahwa pada klien dalam keadaan terminal, klien ingin diberi tahu
tentang kondisinya secara jujur (Veatch, 1978). Kejujuran harus dimiliki
perawat saat berhubungan dengan klien, karena kejujuran merupakan dasar terbinanya
hubungan saling percaya antara perawat dengan klien.
5. Ketaatan (Fidelity)
Prinsip ini didefinisikan oleh Veatch dan Fry sebagai
tanggung jawab untuk tetap setia pada suatu kesepakatan. Dalam konteks hubungan
perawat-klien meliputi tanggungjawab menjaga janji, mempertahankan konfidensi,
dan memberikan perhatian/kepedulian. Kesetiaan perawat terhadap janji-janji
tersebut mungkin tidak akan mengurangi penyakit atau mencegah kematian klien,
tetapi akan mempengaruhi kehidupan serta kualitas kehidupan klien.
2.2
Model
Keputusan Bioetika
Para siswa sering mengalami
kesulitan bagaimana cara memulai ketika menganalisis suatu konflik etika atau
dilema. Mereka tidak mengetahui pertanyaan apa yang disampaikan dan bagaimana
proses untuk sampai pada suatu keputusan (Johansen & Harris, 2000).
Di dalam kelas, kita memperkenalkan
suatu masalah ilmiah teknis dan meminta para siswa mengemukakan sebanyak
mungkin pandangan etis yang mereka kuasai. Sebagai contoh, kita meminta para
siswa untuk mempertimbangkan percobaan menggunakan binatang untuk penemuan
ilmiah yang secara etika benar. Kita menggolongkan tanggapan mereka ke dalam
teori konsekuensialisme atau deontologi (Teori Kantian). Dari diskusi seperti
itu akan membimbing siswa untuk sampai kepada wawasan bahwa ada banyak
pandangan-panadangan yang berbeda, yang mungkin sebelumnya siswa mengira hanya
ada satu pandangan/kesimpulan yang benar guna memberikan solusi terhadap
suatu konflik atau dilema.
Etika keperawatan mengacu pada bioetik yang terdiri dari 3
pendekatan
1) Pendekatan
Telelogik
2) Pendekatan
Deontologik
3) Pendekatan
Intiutionism
Pendekatan Telelogik
Menjelaskan suatu fenomena dan
akibatnya
Pendekatan ini dihadapkan pada
konsekuensi dan keputusan etik.
Membenarkan secara hukum tindakan
atau keputusan yang diambil untuk kepentingan medis.
Pendekatan ini selalu digunakan
dalam menghadapi masalah medis
Contoh kasus:
Dalam
suatu kondisi seorang pasien harus segerah dioperasi sedangkan tidak ada ahli
bedah yang berpengalaman, namun hanya ada ahli bedah yang belum berpengalaman
untuk keselamatan pasien bisa dilakukan operasi.
-Seorang perawat bisa menolong
pesalinan bila tidak ada bidan.
Pendekatan Deontologi
Adalah
merupakan suatu teori atau study tentang kewajiban moral atau
pendekatannya didasarkan pada kewajiban moral.
Moralitas dari suatu keputusan etis
yang sepenuhnya terpisah dari konsukensinya.
Seorang
perawat berkeyakinan bahwa menyampaikan suatu kebenaran merupakan suatu hal
yang sangat penting dan tetap harus disampaikan .
Perbedaan 2 pendekatan pada kasus
sbb;
Isu
etis aborsi (teleologik); mungkin mempertimbangkan bahwa tujuan menyelamatkan
kehidupan ibu, hal yang dibenarkan dalam tindakan aborsi.
Deontologik
; secara moral terminasi kehidupan merupakan hal yang buruk untuk dilakukan.
Pendekatan ini dilakukan tanpa menentukan keputusan.
Pendekatan Intiutionism
Bahwa pandangan atau sifat manusia
dalam mengetahui hal yang benar dan salah
Keyakinan akan etika keperawatan
yang akan dilakukan dan meyakini baik dan benar.
Contoh kasus:
Seorang
perawat tentu mengetahui bahwa menyakiti pasien merupakan tindakan yang tidak
benar. Hal tersebut tidak perlu diajarkan lagi pada perawat, karena
mengacu pada etika seorang perawat yang diyakini dapat membedakan mana yang
benar dan mana yang buruk untuk dilakukan.
Pembelajaran
bioetika dapat dilakukan sebagaimana yang dikemukakan Fullick & Ratcliffe
(1996) yakni :
1. Interpretasi
(memperkenalkan isu-isu etika dalam Biologi, misal: kloning, apa kloning itu? –
bagaimana kalau suami istri tidak punya anak secara biologis karena suami
Azoospermia, bertahan ingin punya anak biologis dengan kloning?)
2. Analisis
(faktor-faktor apa baik dari luar maupun dalam diri seseorang yang mempengaruhi
seseorang ingin punya anak?
3. Argumen
(rencana keputusan apa saja yang mungkin diambil dan apa kekuatan dan kelemahan
masing-masing?)
4. Pengambilan
Keputusan (keputusan yang dapat diambil setelah melakukan kritik terhadap
masing-masing rencana keputusan).
Strategi pembelajaran bioetika dapat
berupa diskusi maupun debat yang mengandung tahapan di atas. Pembelajaran
bioetika seperti tersebut di atas dikenal juga dengan pembelajaran bioetika
menggunakan Dilema Bioetika.
1.
RESOLVEDD
Model pengambilan keputusan yang
lain adalah strategi RESOLVEDD, diperkenalkan dalam Ethics on the job
(Pfeiffer & Forsberg dalam Johansen & Harris, 2000). Strategi ini
mengijinkan para siswa untuk membuat suatu keputusan setelah menganalisis dan
mengevaluasi kedua sumber utama pertimbangan etis: prinsip (deontologi) dan
konsekwensi (konsekuensialisme).
Strategi RESOLVEDD meliputi langkah-langkah berikut:
R. Review :Meninjau
ulang sejarah.
E. Estimate :Menaksir
masalah atau konflik.
S. Solutions :Mendaftar
kemungkinan pemecahan yang utama.
O. Outcomes :Menyatakan
konsekwensi atau hasil yang penting dari tiap solusi utama.
L. Likely :Menguraikan
kemungkinan dampak dari tiap solusi utama.
V.Values :Menjelaskan nilai-nilai yang ditegakkan dan yang dilanggar oleh
masing-masing solusi.
E. Evaluate :Mengevaluasi masing-masing solusi utama dan hasilnya,
kemungkinan dampak, nilai-nilai yang ditegakkan dan yang dilanggar.
Dl.Decide :Memutuskanlah solusi mana yang terbaik, memperjelas detilnya,
dan membenarkan hal itu.
D2.Defend :Mempertahankan
keputusan melawan kelemahan utama.
Untuk menerapkan RESOLVEDD, para
siswa harus mempunyai suatu pemahaman dasar menyangkut biologi terkait dengan
masalah yang ingin mereka pecahkan. Salah satu keuntungan menggunakan RESOLVEDD
ialah mencegah para siswa hanya melihat satu jawaban yang dianggap benar bagi
suatu konflik etis, sebab RESOLVEDD sering menghasilkan banyak keputusan
terakhir atau solusi. Sebagai contoh, model ini mungkin bekerja baik sekali
untuk isu etis yang terkait ke masalah medis. Menggunakanlah metode RESOLVEDD,
para siswa akan mampu menghasilkan banyak solusi, menguraikan dampak dari tiap
solusi utama, mengevaluasi kemungkinan dampak, menguraikan solusi yang terbaik,
dan mempertahankan keputusan mereka.
Kekurangan RESOLVEDD, para siswa
sering mengalami kesulitan untuk menjelaskan nilai-nilai yang etis yang
ditegakkan dan yang dilanggar oleh masing-masing solusi utama. Seringkali
RESOLVEDD dapat tidak berhasil, sebab para siswa tidak mampu untuk memutuskan
tindakan yang terbaik untuk diri mereka atau untuk masyarakat.
2.
Model
Ten-Step dari Alasan-alasan Moral
Ten-Step Model ( O'Morrow &
Carter dalam Johansen & Harris, 2000) didasarkan pada alasan moral, teori
keputusan, pengembangan moral, nilai-nilai dan penilaian, dan evaluasi. Para
siswa membahas proses ini dan secepatnya memutuskan suatu tindakan yang bisa
diterima sesuai dengan situasi yang telah ditentukan. Untuk semua model
pengambilan keputusan etis terbaik, pengetahuan siswa tentang teori etika
membantu mereka untuk mengidentifikasi isu etika dan menyediakan pertimbangan
moral untuk tindakan yang mereka putuskan benar. Di bawah ini adalah
langkah-langkah dari Ten-Step Model:
- Mengisolasi masalah, mengidentifikasi keputusan yang diperlukan, mencakup komponen etika, dan menetapkan individu kunci.
- Memperjelas situasi; mengumpulkan informasi tambahan.
- Mengidentifikasi isu etika atau dilema etika dari situasi.
- Menguji masalah untuk pribadi dan posisi moral profesional.
- Memperjelas posisi moral individu kunci yang terlibat.
- Mengidentifikasi konflik nilai menyangkut individu.
- Memutuskan siapa pembuat keputusan.
- Mengembangkan wilayah tindakan dengan hasil antisipasi.
- Menjangkau suatu keputusan atas suatu tindakan dan membawanya ke luar.
- Mengevaluasi dan meninjau ulang hasil dari keputusan. Memonitor hasil evaluasi ini dari waktu ke waktu (O'Morrow & Carter dalam Johansen & Harris, 2000).
Salah satu dari keuntungan
penggunaan model ini dalam pengambilan keputusan etika adalah individu kunci
dilibatkan di dalam situasi dan yang menentukan pembuatan keputusan itu. Jika
pada model RESOLVEDD terlalu memerlukan banyak waktu dan menghasilkan
terlalu banyak alternatif tanpa datangnya suatu solusi, maka pada Ten-Step
Model mempercayakan sebagian besar individu kunci yang tidak mungkin secara
langsung dilibatkan dalam proses ilmiah. Keputusan yang paling etis adalah
dibuat oleh individu secara pribadi, dan sering tidak ditanya, percaya
kepada proses pengambilan keputusan etis. Model berikutnya dirancang
untuk proses menilai diri sendiri yang dapat diterapkan pada banyak dilema
etika yang terjadi di dalam penentuan ilmiah atau teknis.
3.
Metode
ABCDE
Metoda pengambilan keputusan etika
ini memberikan peluang kepada suatu kelompok atau individu untuk menjangkau
suatu keputusan terakhir di dalam suatu konflik etika. Model ABCDE untuk
pengambilan keputusan meminta para siswa untuk memikirkan tentang argumentasi
yang bertentangan, biaya dan manfaat, dan untuk menjangkau suatu keputusan
terakhir berdasarkan pada kejujuran pribadi.
Model ini diterangkan sebagai
berikut:
1.
Argumentasi. Meminta dengan tegas
kepada para siswa itu memberikan argumentasi sederhana, pendek/singkat untuk
melawan masing-masing sisi dari suatu konflik etika. Satu dari jalan yang
paling efektif untuk melakukan hal ini adalah meminta para siswa berpegang
teguh pada posisi sebelum diskusi tentang sisi lain dari argumentasinya.
2.
Both Sides. Meyakinkan bahwa suatu
argumentasi mempunyai dua atau lebih sisi yang dapat didekati dari
perspektif konsekuensi. Mengingatkan para siswa untuk membuat tanpa
putusan adalah suatu keputusan dengan konsekwensi. Adalah penting untuk
mendorong para siswa untuk melihat bahwa ada sisi lain dari dilema sungguhpun
mereka boleh memprotes bahwa mereka hanya melihat dari satu sisi saja.
3.
Costs and Benefits.
Menggunakan informasi yang telah mereka kembangkan sampai sekarang
terkait dengan biaya dan keuntungan-keuntungan masing-masing argumentasi.
4.
Decision. Penggunaan diskusi
terbuka dan debat, agar para siswa dapat menjangkau suatu keputusan atau
kesimpulan. Tidak berarti seluruh kelas perlu setuju. Bagaimanapun, ini adalah
suatu hal berharga dari waktu untuk mencoba untuk menjangkau keputusan terakhir
sebab hal ini dengan teliti mencerminkan proses di dalam masyarakat yang lebih
luas. Keputusan boleh jadi disetujui oleh mayoritas pemilih atau oleh
konsensus. Atau tidak semua orang akan setuju, tetapi adalah penting bagi para
siswa untuk menjadi bagian dari proses yang menjangkau suatu keputusan yang
disetujui oleh kebanyakan dari kelompok itu.
5.
Evaluate. Dengan semua argumentasi,
biaya-biaya dan manfaat, dan keputusan terakhir, apakah proses nampak
adil? Selagi adil adalah sesuatu yang tidak sederhana, maka pada umumnya
siswa dapat menerimanya.
Model ini dengan jelas menunjukkan
bahwa siswa perlu memegang teori etika klasik sebab memungkinkan untuk
mengemukakan argumentasi ke depan baik teori teleologi maupun deontologi. Para
siswa juga perlu mempunyai pengetahuan menyangkut biologi dasar dibalik pokok
materi yang sedang dalam pembicaraan. Model ini mempunyai keuntungan antara
lain mudah untuk menjelaskan dan menawarkan suatu proses pengambilan keputusan
secara langsung. Juga menyediakan suatu forum di mana masing-masing individu
harus menjelaskan nilai-nilai yang dimiliki dan memahami perihal (orang) lain.
Melalui proses ini , para siswa akan menemukan informasi baru, menyelidiki
poin-poin pandangan, mempertentangkan apa yang mereka miliki, dan mengembangkan
argumentasi. Keputusan sebagai bagian dari proses ini memberikan peluang pada
para siswa untuk belajar menerima secara sosial dan secara moral. Akhirnya,
langkah evaluasi menyoroti para siswa konsekwensi dari keputusan mereka.
Penggunaan model ini tidak akan membuat semua orang bahagia tetapi akan
menawarkan kepada para siswa suatu kesempatan untuk menguji proses pengambilan
keputusan yang etis dengan menyelidiki hal-hal di luar nilai-nilai individu
mereka.
BAB
III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Bioetik adalah studi tentang isu etika dalam
pelayanan kesehatan (Hudak & Gallo, 1997).Dalam pelaksanaannya etika
keperawatan mengacu pada bioetik sebagaimana tercantum dalam sumpah janji
profesi keperawatan dan kode etik profesi keperawatan.
Dalam praktinya, seorang perawat harus memiliki
prinsi-prinsip Autonomi, Benefesience, Justice, Veracity, Avoiding Killing,
Fedelity.
Siswa perlu dibelajarkan untuk berpikir dan
memprediksi konsekuensi dari apa yang dilakukan. Mendiskusikan
pendapat-pendapat baik yang pro maupun kontra adalah hal yang sangat berharga
untuk mengembangkan wawasan siswa. Proses memperoleh keputusan etik dari suatu
fenomena dalam biologi perlu dibelajarkan kepada siswa dengan berlandaskan
filosofi konstruktivistik, agar kelak siswa sebagai ilmuwan biologi dapat
mempertimbangkan tindakan-tindakan yang akan dilakukan dalam proses ilmiah.
3.2
Saran
Isu bioetik dalam praktik
keperawatan tentu saja bukan barang langka, yang bisa didapatkan oleh calon
perawat sekalipun. Dengan mempelajarinya secara rinci, dan dengan
mengatahui akibat yang dapat ditimbulkannya. Maka tidaklah bisa dikatakan
seorang perawat yang baik, apabila masih melakukan tindakan di luar batas yang
diperbolehkan.
Dengan adanya bahasan menganai isu
bioetik seperti ini, kita akan diingatkan batapa kejinya perbuatan yang
melanggar aturan itu. Dan kita juga diajarkan tentang bagaimana menyikapi
segala bentuk dilema dalam praktik keseharian kita. Semoga makalah ini dapat
menjadi acuan, atau referensi dalam pengajaran mata kuliah etika keperawatan.
Daftar
Pustaka
http://saintek.uin-malang.ac.id/index.php/perpustakaan.html
Tidak ada komentar:
Posting Komentar